Kunjungan kerja Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong ke Kupang, Nusa Tenggara Timur dilakukan terutama untuk mengawal realisasi investasi di perusahaan-perusahaan industri garam. Langkah tersebut diharapkan dapat berkontribusi positif pada upaya pemerintah untuk mencapai swasembada garam.
Kepala BKPM mengunjungi sentra pegaraman PT Garam (persero) di desa Bipolo, Kupang, NTT dengan luasan lahan 400 hektar dan rencana investasi Rp16,9 miliar dan telah terealisasi Rp3,8 miliar (22 persen). Kepala BKPM juga melakukan pertemuan dengan PT Shang Che Garamindo yang bergerak di bidang industri kimia dasar anargonik khlor dan alkali dengan nilai rencana investasi 6,01 juta Dolar Amerika Serikat (AS) dan telah terealisasikan 6,04 juta Dolar AS.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong menyampaikan bahwa investasi kedua perusahaan industri garam tersebut diharapkan akan dapat membantu pemerintah dalam mengurangi impor garam industri dan menciptakan swasembada garam. “Industri garam di NTT harus berhasil, sehingga dapat mendukung target swasembada garam pemerintah,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Selasa (20/12/2016).
Menurut Tom, kapasitas produksi dari kedua perusahaan tersebut diharapkan akan membantu menambah produksi garam nasional sebesar 240 ribu ton. “Dari hasil diskusi dengan perusahaan-perusahaan garam tersebut, salah satu yang mereka harapkan dukungan dari pemerintah adalah terkait pembebasan bea masuk atas importase mesin, terutama yang belum bisa diproduksi dalam negeri serta alat-alat berat untuk memproses garam,” jelasnya.
Baca Juga: Respon Fluktuasi Nilai Tukar, BKPM Perbaiki Layanan Investasi
Dalam kunjungan tersebut, Dirut PT Garam Achmad Budiono juga menyampaikan bahwa potensi garam di NTT sangat besar. “Dari wilayah pesisir pantai saja diperkirakan terdapat 8.000 hektar yang bisa dijadikan sebagai lokasi pegaraman. PT Garam sendiri saat ini sedang menggarap 50 hektar dari rencana 400 hektar,” kata Achmad.
Dia menambahkan bahwa hasil dari garam bila dibandingkan dengan padi jauh lebih besar. Untuk produksi garam 1 hektar akan menghasilkan 100 ton dan dengan harga Rp 500 ribu per ton, maka petani garam diperkirakan akan mendapatkan Rp 500 juta. “Sementara apabila mereka menanam padi 1 hektar hanya akan memproduksi 1,5 ton dengan harga per tonnya Rp 150 juta,” lanjutnya.
Potensi keuntungan di industri garam yang besar tersebut diharapkan dapat terus meningkatkan investasi di NTT. Berdasarkan data BKPM selama 2 tahun terakhir (2015-2016), dari target investasi nasional tahun 2015 sebesar Rp519,5 triliun telah tercapai realisasi investasi sebesar Rp545,4 triliun, yang terdiri dari realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp365,9 triliun (17.738 proyek) dan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp179,5 triliun (5.100 proyek).
Target investasi Provinsi NTT tahun 2015 adalah sebesar Rp1,8 triliun (0,3 persen dari porsi target investasi nasional yang sebesar Rp519,5 triliun), dan dari target tersebut di tahun 2015 telah tercapai realisasi sebesar Rp2,2 triliun, yang terdiri dari realisasi PMA sebesar Rp873,1 miliar (104 proyek) dan realisasi PMDN sebesar Rp1,3 triliun (9 proyek). Realisasi tahun 2015 Provinsi NTT berdasarkan sektor dan jumlah proyek yang banyak diminati untuk PMA (5 besar) adalah hotel dan restoran; pertambangan; jasa lainnya; industri makanan; listrik, gas dan air; dan perikanan. Sedangkan untuk PMDN (5 besar) adalah listrik, gas dan air; tanaman pangan dan perkebunan; industri makanan; industri mineral non logam; serta konstruksi.