Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Senin (19/12/2016) ditutup turun sebesar 39 poin atau 0,76 persen ke level 5.191 setelah bergerak di antara 5.190-5.240. Sebanyak 96 saham naik, 207 saham turun, 100 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp5.696 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi jual bersih (net sell) Rp289 miliar.
Pasar Amerika ditutup menguat di akhir perdagangan. Sebagian pelaku pasar juga masih mengharapkan reli saham AS ke level rekor tertinggi baru masih berlanjut di 2017, berdasarkan prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, inflasi meningkat serta pertumbuhan pendapatan korporat yang membaik. Spekulasi pada kondisi inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan kenaikan yield obligasi AS tenor 10-tahun ke level tertinggi dalam 2 tahun terakhir. Alhasil harga obligasi anjlok tajam sehingga para investor mengurangi alokasi ke pasar obligasi.
"Dow jones menguat 0,21 persen ke level 19,884. Nasdaq menguat 0,41 persen dan S&P menguat 0,20 persen," kata Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, dalam keterangan tertulis Selasa (20/12/2016).
Pasar Eropa ditutup bervariasi menjelang musim liburan akhir tahun. Index FTSE men-guat tipis di level 7,017. DAX menguat di level 11,426 Sementara CAC melemah 0,22 persen ke level 4,822. Sentimen lainnya datang dari data ekonomi Eropa dari Jerman. Data indeks iklim bisnis Jerman naik menjadi 111.0 di bulan Desember. Kenaikan ini melebihi ekspektasi 110.7 oleh Reuters dan indeks November sebesar 110.4.
Baca Juga: Kontrak WIKA di Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Rp57 Triliun
"Untuk kedepannya, para investor akan memantau data - data perekonomian Eropa hingga akhir pekan ini, jelang liburan Natal 2016," jelas Hans.
Belum pulihnya perekonomian global tidak membuat Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, pesimistis menyongsong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati peringkat ketiga di Asia, setelah China dan India. Menurut Ia, salah satu efek melemahnya perekonomian global adalah menguatnya proteksi terhadap pasar. Proteksi itu dilakukan dengan berbagai cara, dari mempersulit barang masuk hingga menaikkan bea. Dalam kondisi seperti ini, kementerian perdagangan sudah menyiasatinya dengan melakukan berbagai perjan-jian bilateral untuk membuka pasar-pasar baru.
Selain diversifikasi pasar ekspor, pasar domestik juga terus ditata. Enggartiasto mengatakan, pemerintah tidak mau pasar da-lam negeri hanya menjadi keranjang bagi barang-barang impor. Maka, pasar harus dilindungi. Kalau proteksi pasar itu dimanfaatkan dengan baik, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus naik. Bahkan, juga akan mengikis kesenjangan sosial karena UKM diberdayakan dengan baik.