PT Wijaya Karya (WIKA) secara resmi mengumumkan perolehan kontrak pengerjaan kereta cepat Jakarta-Bandung senilai 4,3 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp57 triliun. Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya, mengumumkan perseroan telah mendapatkan surat resmi penunjukkan sebagai perusahaan konsorsium kontraktor pembangunan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung.
Surat penunjukkan terhadap BUMN Karya tersebut tertuang dalam surat bernomor No.0037/CA-4/KCIC/8.12.16 tertanggal 15 Desember 2016. Pada konsorsium tersebut, perseroan memiliki porsi sebesar 30 persen dari total nilai kontrak sebesar 4,3 miliar Dolar AS. Jumlah ini belum termasuk pajak pertambahan nilai, Untuk meng-ingatkan, nilai investasi proyek kereta cepat itu mencapai 5,13 miliar Dolar AS atau setara Rp70,8 triliun.
"Dana investasi itu akan dipenuhi dari setoran modal sebesar 25 persen dari pemegang saham KCIC dan sisanya, sekitar 75 persen akan dibiayai dari pinjaman perbankan," kata Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, dalam keterangan tertulis, Senin (19/12/2016).
Disisi lain, BUMN minerba, PT Timah (TINS) tahun ini masih diuntungkan tren kenaikan harga komoditas logam timah. BUMN ini harusnya bisa merasa aman untuk proyeksi tahun depan. Pihak manajemen TINS belum bisa memastikan dampaknya akan melemahkan atau justru menguatkan harga timah.
Baca Juga: Ketegangan Geopolitik Lemahkan Pasar Saham AS
"Yang jelas, tren kenaikan harga yang su-dah dirasakan pada pertengahan tahun ini sudah mendorong pertumbuhan harga jual rata-rata timah TINS ke 21.000 Dolar AS per ton," ujar Hans.
Dari sisi kinerja, biaya produksi TINS hingga kuartal tiga tahun ini mencapai Rp 3,42 triliun, menyusut dari periode sama tahun lalu Rp 3,82 triliun berkat efisiensi. Mereka menghen-tikan fasilitas produksi yang tidak efisien. Imbasnya, kinerja keuangan TINS terkerek dari kenaikan harga timah dan efisiensi biaya. Laba TINS juga mening-kat empat kali lipat pada kuartal III jadi Rp 50,6 miliar dari Rp 10,3 miliar di periode sama tahun lalu. Lonjakan laba ini terjadi di tengah penurunan penjualan 9 persen jadi Rp4,68 triliun dari Rp5,14 triliun.