Menperin: AS dan India Melirik Program Unggulan Jokowi

Kamis, 15 Desember 2016 | 12:09 WIB
Menperin: AS dan India Melirik Program Unggulan Jokowi
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis (25/8/2016). [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Presiden Joko Widodo sejak awal pemerintahnnya memiliki banyak program unggulan untuk membangun perekonomian Indonesia lebih baik. Mulai dari pembangunan infrastruktur di luar pulau Jawa hingga program kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat.

Jokowi pun juga gencar menarik investasi di dalam negeri dengan mempermudah syarat-syarat berinvetasi di Indonesia. Hal ini menurut Airlangga dilirik oleh negara asing, salah satunya adalah Amerika Serikat dan India.

"Kita lihat saja, sejak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, sekarang Trump juga berencana akan membangun infrastruktur dan mempermudah investasi," kata Airlangga dalam seminar Indonesia Economic Outlook di Hotel Mulia, Jakarta Selatan, Kamis (15/12/2016).

India, lanjut Airlangga,  juga menyatakan kertertarikannya kepada program kartu sakti Jokowi. Hal tersebut diungkapkan Perdana Menteri India saat Presiden Jokowi berkunjung ke negara tersebut.

Baca Juga: MA Perintahkan Menperin Cabut Peta Jalan Produksi Rokok

"Kemarin di India Perdana Menteri tanya bagaimana selesaikan kartu pintar. Menyelesaikan korupsi. India saat mencoba dengan tarik uang dengan seperti dulu kita naikkan BBM. Itu yang jadi hal menarik dari Indonesia," katanya.

Tak hanya itu, lanjut Airlangga, kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty yang diterapkan di Indonesia menjadi soroti di beberapa negara. Hal ini membuktikkan bahwa, langkah yang diambil oleh pemerintah sangat tepat untuk menggerakkan perekonomian di Indonesia.

Meski beberapa kebijakan telah menghasilkan dampak positif, namun hal inj juga bisa  menjadi bahan pelajaran bagi Indonesia. Indonesia pun harus terus memperbaiki kebijakan agar tetap memberi keuntungan bagi ekonomi dalam negeri.

"Yang jadi tantangan adalah bagaimana cara menggandeng pihak lain. Pertumbuhan ekonomi ini terlalu lemah dan terlalu lama sehingga menguntungkan sebagian pihak," ujarnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI