Pabrik itu akan dibangun dengan kapasitas 60 ribu ton per tahun TDAE untuk melakukan proses destilasi ekstrak aromatik (distillate aromatic extract) menjadi bahan karet sintetis dan ban. Proyek itu akan mulai dioperasikan pada 2019 dengan investasi mencapai USD 80 juta.
Pertamina juga terus mendorong program efisiensi breakthrough project (BTP) dengan sejumlah langkah inisiatif yang baru. Pada kuartal III 2016, program itu telah menghasilkan penghematan hingga 1,6 miliar Dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan situs resmi perseroan, tahun ini Pertamina akan memprioritaskan sejumlah proyek. Misalnya, di upstream dan panas bumi Pertamina akan fokus di proyek Matindok Gas Development Project, Jambaran-Tiung Biru Gas Field, dan Geothermal Lumut Balai 1 & 2, Ulubelu 3 &4
Pada midstream serta gas pipeline network, proyek yang menjadi perhatian khusus adalah Muara Karang–Muara Tawar–Tegalgede (Jawa Barat), dan Gresik – Semarang (Jawa Timur dan Jawa Tengah)
Sedangkan di downstream, Pertamina fokus di proyek Upgrade on Refinery IV Cilacap (Proyek Langit Biru Cilacap) dan Development of Fuel Terminal in Sambu Island, Operasi di Tiga Negara
Perihal kiprah di luar negeri, Pertamina lewat anak usaha, PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), sudah membukukan keberhasilan dengan beroperasi di tiga negara, yakni Aljazair, Irak, dan Malaysia.
Direktur Utama PT PIEP Slamet Riadhy, Jumat (16/9), mengemukakan, dari ketiga negara tersebut Pertamina memperoleh produksi 120.000 barel setara minyak per hari (BOEPD). Ia juga menyebutkan target produk migas pada 2025 dari ladang-ladang yang dikelola oleh PIEP di luar negeri sebanyak 600.000 BOEPD, di antaranya, minyak 420.000 barel per hari dan sisanya gas.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, mengatakan, akuisisi blok-blok migas di luar negeri akan menjadi salah satu aksi korporasi penting bagi Pertamina. Pada 2030, Pertamina berharap dari ladang-ladang migas di dalam dan luar negeri dapat diperoleh 2 juta BOEPD per hari. Terkait dengan itu, sampai 2030 Pertamina telah menyiapkan anggaran sebesar 146 miliar dolar AS untuk investasi di sektor hulu dan hilir.
Sedang dijajaki pula kerja sama di Afrika Barat, Timur Tengah, dan Asia Barat. Lebih detail, ada pula rencana kerja sama mengelola blok migas dengan Rosneth di Rusia. Selain itu, kerja sama mengelola blok migas di Iran juga dimatangkan. Blok-blok yang diincar Pertamina adalah yang cadangan minyaknya minimal 50 juta barel dan produksi di atas 35.000 BPH. *