Suara.com - Presiden Direktur Institute for Development of Economic and Finance, Didik J. Rachbini mencatat biaya logistik Indonesia 300 persen lebih tinggi dari Singapura.
Ini disebabkan arena adanya berbagai persoalan administratif yang kerap menyulitkan. Hal ini telah membuat pertumbuhan industri di Indonesia mengalami kemunduruan.
"Sekarang, industri kita relatif mundur, atau tumbuh 3-4 persen saja. Peranan dalam PDB (Produk Domestik Bruto) turun dari 30 persen menjadi 21 persen. Karena itu, setelah Presiden blusukan ke proyek infrastruktur, kami memberikan sumbang saran untuk datang ke pusat industri, menanyakan kepada mereka bagaimana pasar dan teknologinya," kata Didik acara Saresehan 100 Ekonom di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (6/12/2016).
Menanggapi hal tersebut, Presiden Joko Widodo mengakui bahwa biaya logistik di Indonesia menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asia termasuk Singapura. Tinggingnya biaya logistik di Indonesia ini lantaran kondisi infrastruktur yang jelek dan belum memadai. Hal ini pun berdampak tingkat daya saing Indonesia tidak bisa berkembang.
Baca Juga: Pembangunan Infrastruktur Dorong Pertumbuhan Ekonomi
“Biaya logistik kita masih 250-300 persen dibanding negara lain, biaya transportasi juga masih segitu, karena infrastruktur kita yang jelek dan belum siap,” kata Jokowi.
Guna mengatasi permasalahan tersebut, Jokowi mengatakan saat ini infrastruktur memang masih banyak yang perlu dibangun. Pemerintah tengah berusaha untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur di Indonesia untuk mendorong perekonomian di dalam negeri.
Ia pun menyakini,ketika pembangunan dilakukan, maka biaya logistik dapat segara dipangkas.
“Oleh karena itu, jika infrastruktur mampu diselesaikan dengan baik, maka biaya logistik bisa lebih murah dan daya saing Indonesia lebih baik," katanya.
Baca Juga: Pemerintah Fokus Kembangkan Infrastruktur Maritim