Suara.com - Beberapa waktu lalu, International Moneter Fund atau IMF menyatakan kondisi perekonomian di Indonesia saat ini baik. Ini dilihat baik dari sisi moneter dan fiskal.
Pernyataan tersebut dimuat dalam laporan hasil asesmen konsultasi tahunan IMF (Article IV Consultation). Secara garis besar, Tim IMF menyampaikan bahwa kinerja perekonomian Indonesia tetap dalam kondisi baik, didukung oleh bauran kebijakan makroekonomi dan reformasi struktural yang sehat.
Di hadapan 100 ekonom, Presiden Joko Widodo menyatakan jangan senang dulu dengan laporan IMF tersebut. Sebab saat ini beberapa negara di dunia tengah mengalami perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh faktor eksternal dimana perekonomian dunia sedang tidak menentu.
“Kita nggak usah senang dulu dengan hal seperti ini, dan risiko ekonomi sebagian besar memang sebagian besar berasal dari eksternal karena ketidakpastian kebijakan ekonomi di AS, baik juga yang berkaitan dengan ketidakpastian suku bunga Fed, dan melemlahnya ekonomi Tiongkok yang saya kira sudah tahu semua," kata Jokowi dalam sambutannya saat membuka acara Saresehan dengan 100 Ekonom di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (6/12/2016).
Jokowi mengaku keluhan kepala negara atau pemerintahan semua negara hampir sama, yakni pelemahan pertumbuhan ekonomi, kesulitan mencari investasi atau mendatangkan uang masuk.
"Memang tekanan hampir semua negara sama. Selalu setiap saya ketemu dengan kepala negara, keluhannya hampir mirip, nggak ada yang beda. Melemahnya pertumbuhan ekonomi, sulitnya mencari investasi dan arus uang masuk. Negara kita, yang ingin kita kerjakan adalah menarik investasi sebesar-besarnya. Ini yang perlu hati-hati,” katanya.
Kendati demikian, Jokowi mengaku sedikit bangga dengan adanya laporan IMF tersebut. Pasalnya, hal ini merupakan salah satu wujud kerja keras dari pemerintah. Namun, Jokowi mengingatkan kepada semua pegawai pemerintahan dan investor untuk tidak lupa terus bekerja agar perekonomian di Indonesia menjadi lebih baik lagi.
"Apa yang harus kita kerjakan? Ini yang harus disikapi dengan rasa optimisme karena kondisi tekanan hampir sama di seluruh negara. Negara kita mau menarik investasi sebesar-besarnya, ini yang ingin kita kerjakan,” katanya.