Dari Bawah Bantal Pindah Ke Bank

Rabu, 30 November 2016 | 11:14 WIB
Dari Bawah Bantal Pindah Ke Bank
Teras Kapal BRI di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. [Suara.com/Dian Kusumo Hapsari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pagi ini terasa berbeda dari pagi biasanya yang warga ibu kota rasakan. Tidak ada suara mobil. Jumlah motor pun tidak banyak, yang ada keheningan pantai yang lebih tenang dan sepi dibandingkan dengan pantai-pantai kepulauan seribu lainnya. Para warga sudah melakukan aktivitas sejak pagi-pagi buta. Mereka dibangunkan oleh suara adzan subuh yang sudah mulai berkumandang pukul 04.30. Mendengar adzan mulai berkumandang, para warga pun bersiap untuk pergi ke Masjid untuk melakukan sholat berjamah. 

Suara hening dan udara sejuk di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, akan sulit ditemukan di perkotaan saat ini. Dengan wajah yang cerah dan senyum di bibir, mereka mulai bersiap menjemput rezeki di pagi hari. Tak pernah khawatir tak kebagian rezeki. Karena mereka berpandangan setiap orang memiliki rezekinya masing-masing. Tinggal daya juang yang tinggi dan semangat yang menentukkan nilai rezeki itu.

Selesai melakukan aktifitasnya dipagi hari, sekitar pukul 09.00, masyarakat di pulau yang usianya sudah masuk ke enam generasi ini, bersiap untuk mencari rezeki.  Sudah 30 tahun masyarakat di Kelurahan Untung Jawa, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKII Jakarta, ini menggantungkan hidupnya sebagai penjual ikan, mulai dari ikan asin, ikan bakar atau aneka seafood yang nantinya dijajakan kepada para wisatawan baik dari ibu kota atau luar kota yang mengunjungi pulau ini.

Seperti yang dilakukan oleh Supadmi. Wanita berusia 38 tahun ini mengantungkan hidupnya sebagai penjual ikan dan suaminya bekerja sebagai nelayan. Hasil jualannya digunakan untuk keperluannya sehari-hari. Namun kini, kehidupan Supadmi sedikit mengalami perubahan. Namun, perubahan yang sedikit tersebut justru memberikan dampak yang besar bagi kehidupan Supadmi dan keluarganya. 

Baca Juga: BRI Jalin Kerjasama Strategis dengan Lion Air Group

Supadmi bercerita, saat masih muda, uang hasil jualan ikan asin dan aneka seafood ini hanya disimpan dibawah bantal atau dibawah tumpukan baju yang ada dilemari. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh Supadmi, melainkan teman-teman ibu dari dua anak ini pun melakukan hal serupa. Bahkan, ia pun bercerita bahwa Supadmi dan Suaminya sempat mempercayakan uangnya kepada pedagang kelontong yang berada di Teluk Naga yang notabene pedagang ini adalah teman semasa kecil Supadmi.

“Dulu saya begitu waktu masih muda. Soalnya saya nggak ngerti bank itu apa, terus kalau ke kota kan jauh. Nah kebutulan itu teman saya dari kecil jadi saya titip ke dia. Sekali titip ya Rp500 ribu, seadanya aja, kalau simpan sendiri suka cepat habis,” ucapnya. 

Selama puluhan tahun masyarakat di Pulau Untung Jawa sangat kesulitan dalam mengakses perbankan, bahkan seluruh masyarakat di Pulai Seribu sangat sulit dalam mengakses perbankan lantaran letak bank yang harus menempuh waktu berjam-jam.

Sebelum berkenalan dengan perbankan, Supadmi bersama dengan warga lainnya di Pulau Untung Jawa menyimpan uang dengan cara yang tak biasa. Mereka berpandangan lebih aman menyimpan uang atau harta lainnya yang mereka miliki di rumah. Karena luas pulau yang kecil dan saling mengenal antara satu warga dengan lainnya, mereka tidak berprasangka buruk satu sama lain. “Maling atau pencuri disini nggak ada. Mau kabur juga susah, ini kan laut semua. Kami kenal satu sama lain,” kata Supadmi dan warga lainnya yang sedang berkumpul. 

Di rumah, para warga ini biasa menyelipkan uangnya yang mereka sebut brankas. “Simpennya di Brankas, kita disini ada brankas juga, Mba,” kata salah seorang warga. Brankas yang mereka maksud adalah kasur atau sebuah lubang yang dibuat di dinding yang terbuat dari bambu. 

Seperti yang dilakukan oleh Parni ibu rumah tangga yang sering menyimpan uangnya didinding yang terbuat dari bambu dan sudah dilubangi. Atau terkadang, Parni juga menyimpannya di bawah tumpukan baju dilemari. Terkadang, uang simpanannya tersebut bisa mencapai puluhan juta rupiah Parni letakkan di bawah kasur. Istri dari Sulistio ini mengaku tak mau mneyimpan uangnya di Bank lantaran khawatir likuidasi bisa terjadi. 

Namun, seiringnya banyak sosialisasi mengenai produk keuangan dalam rangka peningkatan literasi keuangan di Indonesia, Supadmi, Parni dan warga lainnya perlahan-lahan mulai berkenalan dengan layanan perbankan, salah satunya Kapal Teras BRI. Bahkan, di pulai ini, ada Branchless Banking milik BRI yang diberinama BRILink (layanan perbankan tanpa kantor). 

Adapun Supadmi, ia kemudian mencoba layanan pinjaman modal kerja untuk menambah omzet dagangannya. Setiap Kapal Teras BRI berlabuh di Pulau Untung Jawa, Supadmi akan membayarkan cicilannya sesuai tenggat. Ia juga menyisihkan keuntungannya untuk ditabung di rekeningnya. Sedangkan untuk keperluan sehari-hari, ia juga menyisihkan uang sekitar Rp200 ribu. 

Setelah menjadi nasabah dari Kapal Teras BRI, Supadmi merasa akses layanan perbankan semakin mudah. Ditambah lagi, keberadaan beberapa agen BRILink, transaksi bisa dilakukan kapan saja. Penarikan Tunai bisa dilakukan kapan saja tanpa harus meninggu Teras Kapal BRI datang. Bisnis yang digelutinya sejak umu 25 tahun tersebut bisa bertambah lancar.
“Ya Alhamdulilah, saya jadi bisa menabung, saya juga punya modal untuk mengembangkan usaha. Saya pikir bank itu hanya untuk orang kaya yang mau nyimpen duit, ternyata nggak. Bank bisa dipakai apa aja untuk transaksi atau pinjaman usaha. Anak saya juga saya bikini rekening, kan lumayan nabung Rp5 sampai Rp10 ribu,” katanya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI