Suara.com - Hampir semua orang pastinya bersyukur ketika bisa beli barang harga murah. Apalagi kalau barang itu adalah incarannya.
Lihat saja ibu-ibu di pasar. Demi buncis seikat, mereka rela menghabiskan waktu sampai 5 menit buat menawar biar harganya turun 500 perak.
Begitu penjual menyerah, senyum tersungging di bibir para ibu. “Bisa ngirit,” begitu pikirnya.
Dalam kasus di pasar ini, mungkin memang penawaran itu akhirnya mendatangkan keuntungan finansial. Tapi hal ini tidak berlaku secara universal.
Artinya, beli barang harga murah bisa malah bikin rugi. Lha kok bisa?
Semua tentu setuju, mahal-murahnya suatu barang itu bergantung pada pribadi masing-masing. Relatif kalau kata orang-orang. Bisa saja buncis seikat seharga Rp2.000 mahal buat Bu Agus, tapi murah buat Bu Budi.
Sebab, pandangan itu dipengaruhi kondisi tiap-tiap individu. Misalnya Bu Budi mendapati harga buncis kebanyakan Rp2.500. Maka, harga Rp2.000 itu dianggap murah.
Sedangkan Bu Agus merasa kemarin beli buncis seharga Rp1.500. Begitu kini harganya Rp2.000, dia pun protes kemahalan.
Hal seperti inilah yang mendasari kenapa beli barang harga murah malah bisa bikin rugi buat sebagian orang. Bu Budi tentunya bakal lebih untung jika tahu bahwa harga buncis bisa ditawar sampai Rp 1.500, meski dia menganggap harga Rp2.000 itu sudah termasuk murah.
Berikut ini beberapa faktor yang bisa membuat beli barang harga murah malah bikin rugi: