Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia (APERKEI) menilai peluang pemanfaat mobile transaction di Indonesia untuk kemudahan transaksi masih sangat besar mengingat pengguna internet mencapai 132,7 juta orang dan pengguna mobile connection mencapai 318 juta.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan baru terdapat 104.707 agen laku pandai di Indonesia dari total 255 juta penduduk Indonesia. Padahal menurut APJATI (Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia) di 2016, pengguna internet mencapai 132,2 juta orang dan setiap tahun terus tumbuh. Sedangkan, data WeAreSocial Asia 2015 menyebutkan Indonesia memiliki 318 juta penggunaan mobile connection atau 125 persen dari total populasi. Pengguna mobile social user mencapai 67 juta orang.
Menurut data Bank Indonesia, per Mei 2016 pengguna mobile banking di empat bank utama yaitu BCA, BNI, BRI, dan Mandiri baru mencapai 23,65 juta orang.
“Hal tersebut menunjukkan bahwa rendahnya pengguna transaksi mobile di Indonesia. Artinya, masih banyak peluang untuk mengajak masyarakat sadar menggunakan transaksi mobile,” jelas Ketua Harian Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia (APERKEI) M.Kharisma, yang juga Pelaksana acara Financial Festival 2016, saat acara konfrensi pers di Gedung BPPT, Jakarta, Sabtu (26/11/2016).
Baca Juga: Oktober 2016, Bank Kalbar akan Luncurkan Mobile Banking
Menurut dia, transaksi mobile akan semakin menguntungkan masyarakat terutama dalam hal waktu dan keamanan. Artinya, waktu yang seharusnya digunakan untuk bertransaksi non mobile dapat dimanfaatkan untuk melakukan hal yang lebih produktif dan menguntungkan bagi pengguna mobile banking.
Dengan kondisi ekonomi saat ini di Indonesia maupun di luar negeri yang semakin menantang, masyarakat seharusnya semakin sadar betapa pentingnya pemanfaatan waktu. Mereka dapat mengisi waktu untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif lainnya terutama kebutuhan untuk meningkatkan kuantitas harta (aset) . Hal itu ditunjukan dengan besarnya animo masyarakat untuk datang ke acara-acara seminar, workshop, pameran maupun festival keuangan.
Financial Festival 2016
Salah satu acara penting di penghujung tahun ini adalah “Financial Festival 2016”. Mengapa acara kali ini menjadi penting dan berbeda? Ada sejumlah alasan.
Pertama, karena diadakan di akhir tahun sehingga dapat dijadikan sebagai ajang perencanaan keuangan untuk tahun depan. Kedua, diadakan dalam bentuk festival dengan kelas utama dan kelas kecil. Ketiga, dapat diikuti oleh banyak institusi keuangan dan perencana keuangan. Keempat ilmu yang diberikan tidak hanya tentang keuangan dan investasi melainkan juga mencakup Keuangan Syariah, Entrepreneurship, Bisnis Franchise dan Digital Marketing (onlineshop), serta Digital Ekosistem. Finfes 2016 memiliki tema : “Meningkatkakan Kesadaran Finansial Menuju Masyarakat Indonesia yang Makmur.” Di event ini, pengunjung akan diberi fasilitas pengecekan kesehatan keuangan pribadi/ keluarga sebagai langkah awal menuju kondisi keuangan yang lebih baik.Misi dari Finfes 2016 adalah menyebarkan ilmu perencanaan dan pengelolaan keuangan kepada masyarakat, menyebarluaskan ilmu berbisnis secara cepat dan mudah kepada masyarakat, serta membantu masyarakat Indonesia dalam mencapai kehidupan mandiri dan sejahtera.
“Acara ini kami laksanakan agar dapat menjadi wadah untuk memandu “Acara ini kami laksanakan agar dapat menjadi wadah untuk memandu masyarakat, baik yang belum maupun sudah memiliki penghasilan, bahkan dari penghasilan paling minim sekalipun, agar dapat menemukan referensi untuk mengelola keuangannya, memulai bisnis, ataupun berinvestasi. kami berharap acara ini dapat menjadi one stop service solution,“ kata M.Kharisma. Acara yang diadakan oleh Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia (APERKEI) bekerja sama dengan Asosiasi Profesi Pasar Modal Indonesia (APPMI), Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal (LSP-PM) dan Asosiasi FinTech tanggal 26 dan 27 November 2016 di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta Pusat ini memberikan nuansa yang berbeda dibandingkan acara-acara serupa yang pernah ada sebelumnya.