Lukman Otunuga, Research Analyst Forextime menyatakan efek kejutan dari kemenangan Trump di kancah pemilihan presiden Amerika Serikat masih terasa di pasar negara-negara berkembang. Kondisi ini mungkin memaksa Bank Indonesia (BI) untuk mengambil posisi waspada dalam rapat kebijakan di hari Kamis (17/11/2016) yang tidak mengubah suku bunga acuan utama.
"November adalah bulan yang penuh tantangan bagi sebagian besar negara berkembang karena USD yang menguat dan peningkatan ekspektasi suku bunga AS mengurangi ketertarikan investor pada aset pasar berkembang. Rupiah melemah terhadap Dolar bulan ini dan IHSG masih terus mencoba untuk pulih. Terlepas dari ketidakpastian jangka pendek saat ini, prospek jangka panjang secara umum untuk ekonomi terbesar Asia Tenggara ini masih terlihat menjanjikan. Perhatian akan tertuju pada kinerja program amnesti pajak. Apabila program ini sukses, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sangat terbantu," kata Lukman dalam keterangan resmi, Kamis (17/11/2016).
Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS mungkin adalah peristiwa terpenting untuk Indeks Dolar tahun ini yang saat ini berkisar di level tertinggi 11 bulan di 100.35 pada saat laporan ini dituliskan. Kemenangan yang sangat mengejutkan ini meningkatkan harapan kenaikan suku bunga AS di bulan Desember dan memperkuat optimisme perbaikan pertumbuhan ekonomi AS di bawah pemerintahan Trump. Data ekonomi AS bulan ini berulang kali menunjukkan stabilitas ekonomi. Data penjualan ritel Oktober menggembirakan di level 0.8% dan semakin mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga bulan depan. Sentimen bullish terhadap USD ini dapat mencapai level tertinggi di tahun 2016 dan menjadi motivasi bagi investor bullish untuk mengadakan aksi beli besar-besaran.
Dari sudut pandang teknikal, Indeks Dolar sangat bullish pada rentang waktu harian karena harga diperdagangkan di atas 20 dan 200 SMA. Level resistance sebelumnya yaitu sekitar 100.00 dapat berubah menjadi level support dinamis yang membuka peningkatan menuju 100.50.
Baca Juga: Pascapemilu AS, BI Tahan 7 Days Reverse Repo Rate di 4,75 Persen
Harga emas terus tertekan
Emas mengalami penjualan besar di Jumat lalu dan harga terperosok menuju $1210 pekan ini karena efek negatif dari peningkatan ekspektasi kenaikan suku bunga AS dan menguatnya USD memicu para penjual untuk terus menyerang. Logam mulia ini kehilangan pesonanya karena siklus risk-on dan dapat semakin tidak menarik karena efek Trump membuat investor lebih melirik aset berisiko. Penutupan mingguan tegas di bawah $1250 adalah sinyal yang dibutuhkan para penjual untuk melanjutkan kecenderungan bearishterhadap emas. Dari sudut pandang teknikal, harga berada di bawah 20 SMA harian sedangkan MACD juga telah melintas ke bawah. Level support sebelumnya sekitar $1250 dapat berubah menjadi level resistance dinamis yang memicu penurunan menuju $1200. Breakdown yang tegas di bawah $1210 juga dapat membuka jalan menuju $1200.
Harga WTI memantul ke $46
Minyak mentah WTI mengalami pantulan hebat di hari Selasa sore menuju $46 karena peningkatan harapan tercapainya kesepakatan pembekuan level produksi OPEC pada rapat 30 November mendatang. Berita bahwa Sekjen OPEC dan Menteri Perminyakan Saudi mengadakan diskusi informal dengan Rusia menjelang rapat formal juga memicu para spekulan untuk meningkatkan taruhannya pada potensi kesepakatan pembekuan level produksi. Mengingat OPEC telah berulang kali mengeksploitasi sensitivitas harga minyak untuk membuat lonjakan harga spekulatif, namun hal ini mungkin harus dibayar mahal apabila investor kembali dikecewakan. Masalah oversuplai besar masih tetap membebani sentimen. Kekhawatiran pada kemungkinan menurunnya permintaan karena perlambatan pertumbuhan global dapat menahan peningkatan harga.
"Peserta pasar akan memperhatikan laporan persediaan minyak mentah hari ini. Apabila laporan ini menampilkan peningkatan persediaan, maka minyak mungkin menghadapi aksi jual. Dari sudut pandang teknikal, bears dapat kembali berkuasa apabila WTI merosot ke bawah $45," tutup Lukman.