Minat investasi Korea Selatan (Korsel) di Indonesia semakin progresif. Setelah sebelumnya muncul identifikasi minat dari salah satu investor negeri ginseng ini di sektor properti, kini giliran investor di bidang industri kimia yang berencana melakukan perluasan investasi senilai 127 juta Dolar Amerika Serikat (AS). Niat baik tersebut muncul ketika Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menjadi Special Guest Speaker pada forum pertemuan antara perusahaan produsen baja Korea Selatan, Pohang Iron and Steel Company (POSCO) dengan para pelanggannya "POSCO Global Early Vendor Involvement (EVI) Forum 2016" yang diadakan di Songdo, Incheon, Korea Selatan.
Melalui pertemuan dengan Kepala BKPM, salah satu investor Korsel yang bergerak di bidang industri manufaktur yang sebelumnya telah berinvestasi di Indonesia ini menyampaikan rencananya untuk memperluas bidang usaha, berupa turunan dari produk yang dihasilkan. Seperti disampaikan oleh investor tersebut, produk-produk yang akan dihasilkan dari rencana investasi tersebut masih memiliki nilai importasi yang tinggi, yaitu sebanyak 90 persen. Ada kekhawatiran sebelum mereka merealisasikan rencana investasi tersebut, yaitu masuknya berbagai produk asal Cina dengan harga yang jauh lebih murah dari produk di Indonesia, sehingga mereka berharap banyak pada kebijakan pemerintah untuk membantu perusahaan-perusahaan yang sudah berinvestasi agar dapat terus berkembang dengan pesat di tengah kondisi iklim penanaman modal yang kondusif.
Menurut Tom, Pemerintah Jokowi – JK memprioritaskan pertumbuhan industri manufaktur yang dapat memberikan nilai tambah signifikan bagi kondisi perekonomian di Indonesia. Ditambah lagi, baja dan kimia merupakan komponen bahan baku utama bagi sebagian besar industri lainnya, sehingga pertumbuhan industri baja dan kimia dapat memberi kontribusi besar bagi peningkatan kekuatan perekonomian, karena berfungsi sebagai tulang punggung sektor manufaktur. “Pemerintah akan membantu untuk memfasilitasi rencana investasi tersebut, terlebih lagi produk yang akan dihasilkan adalah substitusi impor," ujarnya dalam keterangan pada pers, Selasa (15/11/2016).
“Terkait kekhawatiran mengenai membanjirnya produk asal Cina yang dijual dengan harga sangat murah, tentunya akan dikaji kembali tentang mekanisme pengendalian importasi produk tersebut, mengingat produksi produk sejenis sudah dilakukan di dalam negeri," lanjut Tom.
Kepala BKPM menambahkan bahwa telah meminta Pejabat Promosi Investasi IIPC Seoul Imam Soejoedi dan KBRI Seoul Fungsi Ekonomi untuk menindaklanjuti rencana investasi perusahaan ini, sekaligus mendiskusikan berbagai detail terkait permasalahan yang sedang dihadapi agar rencana investasi dapat direalisasikan dengan cepat.
"Saya memberi perhatian besar terhadap penyelesaian berbagai masalah yang dihadapi oleh para investor dalam berinvestasi di Indonesia. Apabila kita berhasil membantu penyelesaian permasalahan tersebut, maka akan menjadi cerita sukses yang memiliki nilai jual dalam berpromosi. Di samping itu, perusahaan yang telah puas akan penyelasaian masalahnya akan menjadi corong untuk Indonesia bagi para investor lainnya," ungkapnya.
Imam Soejoedi menyatakan kesiapannya untuk membantu mencarikan solusi terbaik dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Investor Korsel, terutama dengan memfasilitasi rencana investasi produk turunan dengan nilai investasi cukup besar, dengan nilai tambah yang tinggi bagi pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia.
"Tim kami di Korsel sudah menerima arahan dari Kepaka BKPM dan akan terus follow up minat investasi tersebut sehingga kami dapat mencarikan solusi terbaik bagi investor," jelas Imam.
Dari data realisasi investasi Januari-September 2016 yang dimiliki oleh BKPM, Korea Selatan menduduki peringkat ke delapan dengan nilai investasi mencapai 743 juta Dolar AS terdiri dari 1.944 proyek. Nilai realisasi investasi dari Korea Selatan tersebut menyumbang 3,5 persen dari total realisasi investasi yang masuk pada periode Januari-September 2016. Dalam periode ini, realisasi investasi meningkat 13,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015 dengan nilai investasi Rp453,4 triliun terdiri dari 21.843 proyek. Realisasi investasi dalam kurun waktu tersebut juga menyerap tenaga kerja sebanyak 960.041 orang.