Forextime: Sensitivitas Pasar Meningkat Menjelang Pilpres AS

Selasa, 08 November 2016 | 15:00 WIB
Forextime: Sensitivitas Pasar Meningkat Menjelang Pilpres AS
Donald Trump dan Hillary Clinton. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sentimen terhadap ekonomi Indonesia sedikit menurun pada hari Senin karena PDB kuartal 3 yang hanya 5,02 persen membangkitkankembali kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Perlambatan momentum ekonomi ini disebabkan oleh ekspor yang rendah dan berkurangnya belanja negara karena pemerintah Indonesia berupaya menekan defisit anggaran.

"Walaupun pertumbuhan Q3 2016 sedikit melambat, data ini masih lebih tinggi dari PDB Q3 2016 sebesar 4,74 persen. Prospek Indonesia di jangka yang lebih panjang masih tampak menjanjikan karena naiknya optimisme terkait program amnesti pajak yang diharapkan dapat melindungi perekonomian dari dampak pemotongan belanja negara," kata Lukman Otunuga, Research Analyst Forextime dalam keterangan resmi, Selasa (8/11/2016).

Rupiah volatil terhadap Dolar AS pada perdagangan hari Selasa (8/11/2016) karena kekhawatiran menjelang pilpres Selasa ini. USD sepertinya akan lebih diuntungkan apabila Clinton menang. Apabila ini terjadi, maka USDIDR dapat meningkat menuju 13160.

Sensitivitas Pasar Meningkat Menjelang Pilpres AS

Ketidakpastian menyelimuti pasar finansial menjelang pilpres AS Selasa ini (8/11/2016). Saham global berpotensi mengalami penurunan lebih tajam karena aksi menghindari risiko membuat investor menjauh dari aset berisiko. Sensitivitas pasar sangat tinggi. Saham Asia menguat pada awal perdagangan hari Selasa karena adanya laporan FBI yang kembali menekankan pandangannya bahwa penggunaan email server pribadi Hillary Clinton bukanlah tindak kriminal. Walaupun pasar Asia, Eropa, dan Amerika berpotensi menguat hari ini karena laporan terkini FBI, kita belum bisa berlega diri karena berbagai faktor yang mengarah ke tren bearish masih ditemukan di pasar.

S&P 500 mengalami periode penurunan terpanjang sejak 1980 pekan lalu dan pantulan teknikal saat ini adalah dasar bagi penurunan drastis berikutnya. Sentimen global masih tetap tidak stabil dan mengingat harga minyak merosot, pertumbuhan global melambat, dan ketidakpastian yang ada, peristiwa tak terduga dapat memicu aksi jual besar-besaran.

USD tetap bullish

Dolar Amerika Serikat (USD) melemah Jumat lalu setelah laporan ketenagakerjaan AS untuk bulan Oktober memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan meningkatkan suku bunga AS di rapat bulan Desember. Perusahaan di Amerika Serikat membuka 161.000 lapangan kerja baru bulan lalu. Rata-rata upah per jam meningkat 2,8% YoY - peningkatan tertinggi sejak Juni 2009. Data AS terus menampilkan pertanda stabilitas ekonomi sehingga sentimen terhadap USD tetap bullish dan kurs seharusnya tetap terdukung.

"Pilpres AS Selasa ini dapat menyebabkan volatilitas ekstrem terhadap USD karena para investor secara sistematis masuk dan keluar posisi untuk mengatur trade yang dianggap paling sesuai. USD masih tetap memihak pada kemenangan Clinton. Laporan terkini dari FBI yang membebaskan Clinton dari tuduhan kriminal terkait isu server email pribadi membuat kurs USD menguat," ujar Lukman.

Dari sudut pandang teknikal, USD masih tetap sangat bullish pada rentang waktu harian dengan target resistance 98.00. Probabilitas peningkatan suku bunga di rapat Desember saat ini sebesar 70% sehingga breakout di atas 98.00 dapat membuka jalan menuju 99.00 atau bahkan lebih tinggi lagi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI