Hillary Diyakini Menang, Pasar Saham Eropa Menguat

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 08 November 2016 | 10:10 WIB
Hillary Diyakini Menang, Pasar Saham Eropa Menguat
Suasana bursa saham Frankfurt, Jerman. [Antara/Reuters]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin 7 November 2016 ditutup naik sebesar 23 poin atau 0,44 persen ke level 5.386 setelah bergerak di antara 5.341-5.395. Sebanyak 156 saham naik, 119 saham turun, 75 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp6.948 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net sell) Rp879 miliar.

Pasar Amerika berakhir menguat di akhir perdagangan. Dollar AS tampil impresif pada hari Senin (7/11/2016) menyusul berita bahwa Hillary Clinton tidak akan menghadapi tuntutan hukum terkait penggunaan server email pribadi. Ini menguatkan dukungan terhadap dirinya pada detik-detik menjelang pemilu tanggal 8 November. Trader mengatakan bahwa investor saat ini kembali mengunggulkan Clinton yang mana dapat membuka jalan untuk kenaikan suku bunga bulan depan.

"Dow Jones menguat 2,07 persen ke level 18,259. Nasdaq menguat 2,43 persen ke level 4,773 dan S&P menguat 2,22 persen ke level 2,13," kata Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, Selasa (8/11/2016).

Pasar Eropa menguat pada perdagangan Senin seiring keyakinan kemenangan capres dari Partai Demokrat meningkat merespons pernyataan FBI pad Minggu kemarin yang mengatakan Hillary terbebas dari dakwaan skandal email pribadi.

"Indeks FTSE melonjak1,70 persen ke 6,806. DAX menguat 1,93 persen ke level 10.456, sedangkan indeks CAC menguat 1,91 persen ke level 4,461," ujar Hans.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai data Badan Pusat Statistik (BPS) yang kemarin mengkonfirmasi kondisi ekonomi yang terjadi belakangan ini. Dari data yang dirilis BPS, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2016 hanya 5,02 persen atau lebih kecil dibandingkan kuartal II lalu yang mencapai 5,18 persen. Ani menyorot tajam semakin dalamnya penurunan ekspor hingga minus 6 persen dan impor yang mencapai minus 3,8 persen. Hal itu mengakibatkan penurunan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN) ekspor dan impor.

Selain itu, ia juga menyoroti pertumbuhan investasi yang hanya 4,1 persen di kuartal III 2016. Padahal kata Ani, investasi merupakan motor pertumbuhan ekonomi nasional. Sedangkan penurunan belanja pemerintah pada kuartal III 2016 kata Ani disebabkan lantaran adanya pemotongan dan penundaan belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Bel-anja Negara Perubahan (APBN-P) 2016.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI