PT United Tractors Tbk (UNTR) tengah mengikuti tiga tender pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan total kapasitas sekitar 900 megawatt (MW). Total nilai proyek PLTU di Bangka, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan tersebut diperkirakan sekitar 1,8 milliar Dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut, Iwan Hadiantoro, selaku Direktur Keuangan Perseroan, mengatakan Perseroan tengah mengikuti tender PLTU berkapasitas 300 MW pada masing-masing lokasi. Kemudian, Perseroan menggandeng perusahaan China untuk membentuk konsorsium dalam salah satu tender tersebut. Perseroan berharap dapat memiliki saham sekitar 20 persen hingga 50 persen pada konsorsium.
"Rencana mengikuti tiga tender pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan total kapasitas sekitar 900 megawatt (MW) dan memiliki nilai proyek sekitar 1,8 milliar Dolar AS akan memberikan dampak positif bagi UNTR. Hal ini akan menambah kapasitas pembangkit listrik Perseroan serta akan meningkatkan pendapatan diluar bisnis batubara Perseroan di kemudian hari. Saat ini kontribusi pendapatan dari bisnis
listrik belum berdampak signifikan," kata Analys Recapital Securities Adi Kiswoyo Joe, dalam keterangan resmi, Senin (7/11/2016).
Pendapatan diluar bisnis batubara termasuk bisnis infrastruktur hanya berkontribusi sebesar 15 persen terhadap pendapatan konsolidasi dan untuk kedepannya Perseroan menargetkan bisnis diluar batubara dapat berkontribusi menjadi 40 persen terhadap pendapatan konsolidasi Perseroan. Selain membidik tiga tender PLTU, saat ini Perseroan juga tengah memfinalisasi pinjaman senilai 3,2 milliar Dolar AS untuk mendanai pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Tanjung Jati 5 dan 6 berkapasitas 2x1000 MW yang senilai 4 milliar Dolar AS.
Seperti diketahui, pendanaan PLTU akan dikucurkan oleh delapan bank. The Japan Bank for International Corporation (JBIC) berkomitmen memberikan 50 persen dari total pinjaman, sisanya akan di bagi oleh lima bank Jepang dan dua bank asal Prancis. Perseroan memiliki 25 persen saham dalam proyek PLTU Tanjung Jati 5 dan 6. Sementara Sumitomo Corp memiliki 50 persen saham dan Kansai Electric sebesar 25 persen saham.
Pabrik hilir SIMP Rampung Awal 2018
PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) terus memperkuat posisi di bisnis hilir (downstream) sektor komoditas. SIMP ini bakal menyelesaikan pabrik pengolahan CPO di Surabaya, Jawa Timur. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 1.000 metrik ton (mt) per hari. Nanti, SIMP akan menggunakan pabrik ini untuk mengolah minyak sawit menjadi produk margarin dan minyak goreng. Penyelesaiannya diperkirakan akan tercapai pada kuartal satu 2018 mendatang.
Produk turunan CPO ini memang memiliki nilai lebih atau value added ketimbang produk CPO. Sehingga, hal ini mampu menetralisir sentimen negatif fluktuasi harga komoditas minyak sawit mentah. Beda dengan CPO yang mengikuti harga pasar, harga produk turunan CPO bisa ditentukan oleh perusahaan. SIMP juga akan menyelesaikan tiga pabrik kelapa sawit (PKS). Dua di antaranya terletak di Kalimantan dengan kapasitas produksi masing-masing 45 ton per jam.
Pabrik yang satu akan tuntas pada kuartal II-2017, dan satu pabrik lainnya ditargetkan bisa selesai pada 2018. Selain itu, SIMP juga akan menyelesaikan pabrik serupa di Sumatra Selatan dengan kapasitas 30
ton per jam. Peningkatan bisnis hilir ini menjadi penopang kinerja SIMP. SIMP hanya mencatat kenaikan penjualan 2 persen menjadi Rp10,27 triliun pada periode sembilan bulanan tahun ini jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, laba bersih SIMP tertolong oleh divisi minyak dan lemak nabati. Karena divisi ini, laba bersih SIMP melesat hingga 296,95 persen menjadi Rp295,21 miliar. Penjualan segmen minyak dan lemak nabati mencapai Rp7,12 triliun. Angka ini naik 14 persen.
Porsi pendapatan dari segmen minyak dan lemak nabati naik dari 62,03 persen per September 2015 menjadi 68,93 persen dari total pendapatan pada akhir kuartal tiga 2016. Sedangkan pendapatan segmen perkebunan dari hasil penjualan kepada pelanggan eksternal justru turun 16,49 persen, setelah cenderung stagnan dalam dua tahun belakangan. Pendapatan segmen perkebunan SIMP dalam sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp3,19 triliun.