Peran transportasi udara dalam poros maritim Nasional Indonesia sangatlah penting. “Kalau kita bicara mengenai maritim, tidak akan berarti tanpa kita dapat mendistribusikan logistik kepada lokasi-lokasi yang sulit yang hanya bisa dilakukan oleh sektor penerbangan,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada saat menjadi keynote speaker di seminar Indo Aerospace Feat Indo Helicopter Forum di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (3/11/2016).
Salah satu program yang dicanangkan oleh Kabinet Kerja adalah meningkatkan aksesibilitas orang dan barang di seluruh Indonesia, dengan memanfaatkan aset laut. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk Poros maritim Nasional. Program tersebut tidak hanya memanfaatkan moda transportasi laut namun juga transportasi udara khususnya helikopter berperan dalam mewujudkan poros Maritim Nasional.
Sejalan dengan program Nawacita, pemerintah melakukan suatu upaya keseimbangan daerah barat dan timur. “Kita tahu saat ini ada disparitas harga logistik yang ada di wilayah timur dan barat dan di wilayah timur sangatlah memprihatinkan. Hanya aviasi yang dapat menyelesaikan masalah tersebut,” ujar Budi.
Menurut Menhub, dibutuhkan kerjasama semua pihak khususnya pilot-pilot Indonesia untuk mewujudkan program konektivitas yang menggabungkan rute-rute tol laut, short sea shipping dan rute perintis udara khususnya di wilayah Papua dan Papua Barat yang diutamakan untuk distribusi logistik sehingga disparitas harga di wilayah tersebut dapat diturunkan.
Pemerintah mengharapkan adanya upaya yang lebih kuat dari Ikatan Pilot Indonesia untuk dapat mendedikasikan diri dan profesionalisme profesinya kepada dunia penerbangan perintis di Indonesia. “Merupakan keharusan bagi setiap pilot untuk dapat memberikan pengabdian bagi negeri ini,” tegas Menhub.
“Di Papua itu ada banyak rute-rute yang menantang. “Ini suatu tantangan bagi pilot Indonesia. Kita harapkan asosiasi pilot dapat melakukan suatu studi yang lebih mendalam tentang apa yang dapat dilakukan dunia aviasi disana,” ujar Budi.
Budi juga mengharapkan agar Ikatan Pilot Indonesia dapat memberikan catatan atau masukan sebagai pembelajaran kepada pilot-pilot muda mengenai kondisi penerbangan di wilayah Papua.
Perbaikan SDM Pilot Indonesia
Menhub prihatin jika terdapat kurang lebih 800 orang pilot Indonesia menganggur sementara pilot asing banyak bekerja di penerbangan Indonesia. ”Kita harus interopeksi diri terhadap apa yang terjadi pada pendidikan pilot kita,”ujar Menhub.
Selain itu menurut Menhub para calon pilot di Indonesia banyak yang tidak mau bekerja pada pada rute penerbangan perintis. “Di satu sisi kualitasnya mereka belum teruji namun mereka tidak mau bekerja pada dunia penerbangan perintis, yang seharusnya awal-awalnya proses belajar dilakukan disitu,” ujar Menhub.
Menhub berinisiatif bahwa Kementerian Perhubungan akan kembali menyeleksi 800 orang pilot tersebut untuk dapat dididik kembali sebelum nantinya akan ditawarkan kembali kepada dunia penerbangan. “Saya harapkan mereka dapat diterima setelah kualifikasi mereka meningkat,” kata Menhub.
Hal lain yang menurut Menhub harus diinteropeksi adalah mengenai usia belajar menjadi pilot. “Umur juga harus menjadi pertimbangan agar kita dapat menyediakan profesi dengan orang-orang yang kompeten dan mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan,” tegas Menhub.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Pilot Indonesia, Bambang Adisurya Angkasa berharap seminar tersebut dapat memberikan pemahaman kepada para stakeholder bahwa transportasi udara, penerbangan perintis, dan helikopter sangat efektif dalam hal mendukung poros maritim yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia serta perlunya para pilot untuk meng-update pengetahuan tentang performance based navigation (PBN).
Dalam kesempatan tersebut Menhub juga mendorong agar semua pihak bersama-sama saling membantu dan bekerjasama dalam upaya untuk mengoptimalisasikan penggunaan PBN bagi operasional penerbangan helikopter.
“Penggunaan PBN harus lebih optimal agar tercapai kegiatan operasional helikopter yang lebih efektif, efisien dan tercapainya peningkatan keselamatan penerbangan yang lebih baik,” ujar Menhub. Sebab saat ini di Indonesia terdapat 40 operator penerbangan berbasis AOC 135 yang mayoritas menggunakan helikopter sebagai armada utamanya. “Sekitar 100 unit saat ini teregistrasi sebagai helikopter sipil di Indonesia dengan ragam area penggunaan yang bervariasi,” kata Menhub menjelaskan.