Pasar Saham AS Masih Tertekan Isu Pilpres

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 02 November 2016 | 09:23 WIB
Pasar Saham AS Masih Tertekan Isu Pilpres
Donald Trump dan Hillary Clinton dalam debat capres kedua di Washington University, (9/10). (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Selasa (1/11/2016) ditutup turun sebesar 6 poin atau 0,12 persen ke level 5.416 setelah bergerak di antara 5.415-5.439. Sebanyak 125 saham naik, 180 saham turun, 89 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp 6.974 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net sell) Rp 91 miliar.

Penjelasan tersebut tertuang dalam keterangan resmi Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, Rabu (2/11/2016).

Pasar Amerika berakhir melemah seiring berita pemilu belakangan ini dan pertemuan Federal Reserve membuat investor was-was. Investor juga fokus terhadap the Fed, seiring bank sentral memulai pertemuan 2-harian pada hari Selasa. Sementara bank sentral diperkirakan akan mempertahanakn suku bunga, ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga di bulan Desember lebih dari 70 persen.

"Dow Jones melemah 0,58 persen ke level 18,037. Nasdaq melemah 0,72 persen ke level 4,766 dan S&P melemah 0,68 persen ke level 2,111," kata Hans.

Pasar Eropa kembali ditutup melemah setelah investor kembali mencerna corporate earnings dan menantikan hasil keputusan Federal Reserve pada hari Rabu (2/11/2016), terkait tingkat suku bunga AS. Sementara ini investor masih menantikan hasil pemi-lu AS yang akan dilaksanakan minggu depan tanggal 8 November 2016. Investor percaya bahwa ketidakstabilan perpolitikan AS ini berpotensi menggerakkan perekonomian dunia, termasuk Eropa.

"FTSE melemah 0,53 persen ke level 6,917, CAC melemah 0,86 persen ke level 4,470 dan DAX melemah 1,30 persen ke level 10,526," tutup Hans.

Badan Pusat Statistik (BPS) melihat inflasi di akhir tahun ini bisa dijaga di bawah level 4 persen. Namun, pemerintah harus mewaspadai potensi lonjakan inflasi. Meski demikian, Diputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS mengatakan, pemerintah masih harus mewaspadai sejumlah komponen yang berpotensi mengerek inflasi akhir tahun. Ia mengatakan, pemerintah perlu mewaspadai potensi kenaikan harga beras di November dan Desember.

Ke depan beras akan naik terus karena sudah lewat musimnya. Tak hanya itu, pemerintah juga perlu mewaspadai potensi berlanjutnya kenaikan harga cabai merah. Sebab, cabai merah memberikan andil 0,7 persen terhadap inflasi nasional. Selain itu, potensi kenaikan tarif transportasi umum baik darat maupun udara juga perlu diwaspadai seiring dengan musim Natal dan tahun baru. Ia memperkirakan, inflasi akhir tahun ini bisa berada di kisaran 3,5 persen, bahkan lebih rendah dari itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI