Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan III tahun 2016 naik sebesar 5,07 persen (y-on-y) terhadap triwulan III tahun 2015.
Kenaikan tersebut terutama disebabkan naiknya produksi industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional, naik 11,26 persen, industri makanan, naik 7,70 persen dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, naik 7,28 persen. "Sedangkan jenis-jenis industri yang mengalami penurunan produksi adalah industri karet, barang dari karet dan plastik, turun 12,58 persen, industri pengolahan lainnya, turun 9,83 persen dan industri tekstil, turun 8,96 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam keterangan resmi, Selasa (1/11/2016).
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan III tahun 2016 naik sebesar 0,89 persen (q-to-q) terhadap triwulan II tahun 2016.
Jenis-jenis industri yang mengalami kenaikan terbesar adalah industri komputer, barang elektronik dan optik, naik 6,77 persen, industri barang galian bukan logam, naik 3,89 persen dan industri makanan, naik 3,21 persen. Sedangkan jenis-jenis industri yang mengalami penurunan produksi adalah industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya, turun 8,97 persen, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan, turun 7,91 persen dan industri logam dasar, turun 7,62 persen.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan III tahun 2016 (y-on-y) pada tingkat provinsi yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Provinsi Aceh naik 15,55 persen, Provinsi Riau dan Provinsi DKI Jakarta, masing-masing naik 10,48 persen. Provinsi-provinsi yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah Provinsi Sulawesi Barat turun 7,03 persen, Provinsi Papua Barat turun 4,93 persen, dan Provinsi Bali turun 3,53 persen.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan III tahun 2016 (q-to-q) pada tingkat provinsi yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Provinsi Jambi naik 13,45 persen, Provinsi Aceh naik 10,10 persen, dan Provinsi Sumatera Utara naik 8,38 persen. "Provinsi-provinsi yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah Provinsi Jawa Tengah turun 5,04 persen, Provinsi Sumatera Barat turun 4,11 persen, dan Provinsi Bengkulu turun 2,91 persen," tutup Suhariyanto.