Kondisi Pasar Perkantoran Jakarta Untungkan Penyewa

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 01 November 2016 | 11:08 WIB
Kondisi Pasar Perkantoran Jakarta Untungkan Penyewa
Salah satu gedung perkantoran di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (18/10). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

 Konsultan properti Colliers International menyatakan situasi pasar perkantoran di wilayah DKI Jakarta saat ini menguntungkan pihak penyewa karena jumlah pasokan ruang perkantoran diperkirakan semakin banyak di ibu kota.

"Situasi pasar saat ini membuat penyewa dapat berpindah ke bangunan gedung perkantoran baru dengan jumlah biaya sewa yang sama atau bahkan lebih murah," kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (1/11/2016).

Dia mengungkapkan, meski selama kuartal III-2016 tidak ada gedung perkantoran baru di area CBD atau sentrabisnis Jakarta, tetapi direncanakan bakal ada tambahan ruang kantor total sebanyak 350.919 meter persegi pada kuartal IV-2016.

Selain itu, lanjutnya, dalam kuartal terakhir juga ditemukan bahwa rata-rata tingkat biaya sewa ruang perkantoran di CBD mengalami penurunan 3,6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

Fenomena tersebut, yaitu penurunan harga tingkat biaya sewa, juga diperkirakan masih akan terjadi trennya pada masa mendatang.

Penurunan itu juga tercatat di area di luar CBD seperti area perkantoran yang terdapat di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.

Sebelumnya, pengamat sektor properti Ali Tranghanda memperkirakan sektor properti di Tanah Air yang sempat melesu dalam beberapa tahun terakhir akan mulai mengalami titik balik menuju kebangkitan pada Semester II 2016.

"Diperkirakan akan ada 'turning point' (titik balik) pada Semester II 2016. Siklus properti sudah berada di titik paling bawah sehingga kemungkinan naiknya bakal lebih besar," kata Ali Tranghanda dalam diskusi "Potensi Dana Repatriasi Amnesti Pajak di Ranah Properti" di Synthesis Square, Jakarta, Kamis (22/9).

Menurut Ali Tranghanda, saat ini yang diperlukan adalah meningkatkan upaya optimisme sektor properti sehingga jangan sampai ada lagi pesimisme dalam aktivitas perekonomian penting secara nasional tersebut.

Ia berpendapat bahwa siklus properti itu memang ada dan dari pergerakan yang ada, fase turunnya adalah pada periode 2014 s.d. 2015.

Ali yang juga merupakan Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch itu juga mengingatkan bahwa mulai Kuartal II 2016 juga ada beragam stimulus yang diberikan oleh Pemerintah.

Ali juga mengemukakan kondisi demografi saat ini juga sangat mendukung karena banyak penduduk yang sedang berada dalam usia produktif serta sekitar 40 persen, termasuk kelas menengah yang memiliki penghasilan sekitar Rp5 juta s.d. 20 juta per bulan. "Jadi, potensinya ada di sana," katanya.

Namun, dia mengingatkan bahwa karena ada amnesti pajak maka banyak kelas menengah yang saat ini disibukkan dengan itu. Pada akhir tahun, biasanya penjualan properti agak sepi.

Sementara itu, di awal 2017 juga masyarakat sepertinya juga disibukkan dengan pemilihan kepala daerah, seperti pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Setelah pesta demokrasi itu, diperkirakan akan ada gairah di sektor properti. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI