Tol Laut Logistik Diyakini Tekan Disparitas Harga Pulau Terluar

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 26 Oktober 2016 | 13:48 WIB
Tol Laut Logistik Diyakini Tekan Disparitas Harga Pulau Terluar
Kapal Tol Laut Logistik Natuna di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melepas keberangkatan perdana kapal tol laut logistik Natuna di Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (25/10/2016). Kapal KM Caraka Jaya Niaga III-4 yang digunakan sebagai kapal tol laut tersebut, akan beroperasi secara berjadwal untuk melayani kebutuhan logistik di pulau Natuna.

Kapal tersebut memiliki bobot besar yaitu 3.000 DWT, sehingga diharapkan mampu mengatasi segala kondisi cuaca untuk menjamin kepastian jadwal kapal.

Kapal yang mengangkut logistik berupa kebutuhan bahan pokok-dan alat berat untuk bongkar muat barang, forklift dan alat bantu lainnya diperkirakan tiba di Natuna pada 29 Oktober 2016 dan akan beroperasi dengan frekuensi kedatangan kapal setiap 14 hari atau 2 kali dalam sebulan dengan rute Jakarta – Natuna – Tarempa – Jakarta. Model Tol Laut Logistik ini secara bertahap akan diterapkan ke wilayah lain.

Tol Laut Logistik merupakan program yang digagas Kemenhub dengan skema kerjasama sinergi BUMN yang menyediakan sarana dan prasarana transportasi serta bahan komoditas yang diangkut. PT Pelabuhan Indonesia II dengan anak perusahaan PT. MTI (Multi Terminal Indonesia, PT Pelni dengan anak Perusahaan PT Pelni Logistik dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) membentuk satu konsorsium dengan menggunakan metode mendekatkan gudang ke masyarakat.

Konsorsium tersebut akan menyediakan sarana dan prasarana transportasi untuk mengirim barang kebutuhan pokok sampai ke gudang di Natuna. Distributor di Natuna dapat menjual barang kebutuhan pokok tersebut kepada masyarakat dengan batas harga maksimal 10 persen dari harga di Jakarta. Sementara, PT Perikanan Nusantara akan menyediakan muatan balik bagi kapal kembali ke Jakarta.

Sebelumnya, Menhub Budi bersama dengan Pelindo II, PT. Pelni, Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan Perikanan Nusantara (Perinus) bertemu membahas rencana operasi Tol Laut Logistik di Natuna pada Jumat (21/10/2016) lalu. Model tol laut logistik tersebut diyakini dapat menjadi solusi untuk menekan disparitas harga-harga barang di daerah atau pulau terluar, terdalam, terdepan seperti di pulau Natuna.

“Ini sebuah terobosan besar. Tol Laut Logistik Natuna ini akan berupaya menekan disparitas harga sehingga masyarakat di Natuna bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau,” jelas Menhub Budi.

Lebih lanjut, Menhub Budi mengatakan indikator keberhasilan dari model tol laut logistik di Natuna ini yaitu, secara jangka pendek, diharapkan dapat menurunkan waktu bongkar muat yang sebelumnya bisa mencapai 10 hari, menurunkan harga barang, dan menjamin ketersediaan stok bahan kebutuhan pokok.

Sementara jangka panjangnya diharapkan dapat menekan disparitas harga barang sehingga harga di Natuna tidak jauh berbeda dengan harga di pulau Jawa, tumbuhnya sektor ekonomi lokal berorientasi pasar di sekitar pulau Natuna, dan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat di Natuna.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI