Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla diharapkan terus meningkatkan pendidikan yang mengajarkan keahlian khusus (vokasi). Pendidikan vokasi diyakini sebagai salah satu cara efektif untuk mengurangi angka pengangguran. Demikian salah satu rekomendasi yang dihasilkan pada Rembuk Nasional ‘Bergegas Membangun Indonesia’, di Hotel Grand Sahid Jakarta, Senin malam (24/10/2016).
"Pada tahun 2030, persaingan kerja didominasi sektor jasa, dan penggunaan teknologi tinggi. Perlu disiapkan SDM yang berkompeten untuk masa depan,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali yang menjadi juru bicara Rembuk Nasional dari rumpun diskusi Pembangunan Manusia dan Pendidikan Vokasi dalam keterangan resmi, Selasa (25/10/2016).
Dibanding dengan negara lain, serta dengan melihat laju pertumbuhan ekonomi nasional, lanjutnya, angka penganguran di Indonesia relatif rendah. Namun yang menghawatirkan adalah, pengangguran didominasi oleh pemuda. Hal ini disebabkan para generasi muda kurang menguasai skill.
"Mereka (sebagian pemuda) merasa tidak punya cukup kreativitas dalam bekerja. Maka, generasi muda harus dibekali kompetensi sesuai dengan pasar tenaga kerja, pada persaingan global saat ini,” jelas Rhenald.
Meski demikian, Rhenald mengingatkan agar segala kompetensi yang diajarkan pada generasi muda, harus ditanamkan dengan mengedepankan kearifan budaya, moral, etika dan rasa nasionalisme.
Praktisi pendidikan yang juga penulis buku 'Revolusi Sistem Pendidikan Nasional', Bayu Prawira dalam forum Rembuk Nasional mengatakan, formula yang diperlukan dalam pendidikan knowledge, soft skill, leadership yang kemudian dibungkus etika. “Dengan demikian, siswa Indonesia memiliki daya saing dan memiliki karakter yang kuat”.
Rembuk Nasional juga menghadirkan stan pameran pendidikan vokasi, diantaranya adalah SMK Raden Umar Said, Kudus, Jawa Tengah. Ini adalah SMK binaan Djarum Foundation dengan konsentrasi jurusan animasi tiga dimensi, multimedia, teknologi mobile, dan sebagainya.
Menurut Kepala Jurusan Animasi SMK Raden Umar Said, Agam Amintaha, kurikulum yang diajarkan mengacu pada kebutuhan pasar kerja.
“Sekolah juga mengupayakan sertifikasi keahlian. Begitu lulus, siswa memiliki skill yang tersertifikasi, sehingga siap masuk dunia kerja,” jelasnya.