Forextime: Saham Asia Menguat Akibat Naiknya Perdagangan Jepang

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 25 Oktober 2016 | 12:34 WIB
Forextime: Saham Asia Menguat Akibat Naiknya Perdagangan Jepang
Bursa saham Tokyo Stock Exchange di Tokyo, Jepang. [Antara/Reuters]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pasar modal Indonesia menguat pada perdagangan hari Senin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lebih tinggi +0.22 persen karena sentimen yang semakin optimis tentang perekonomian Indonesia menarik investor untuk menanamkan modalnya di aset berisiko. Walaupun menurut estimasi Bank Indonesia ekonomi akan tumbuh 5 persen di kuartal 3, prospek secara umum tetap terlihat optimistis karena program amnesti pajak berhasil mencapai harapan. Suku bunga acuan Bank Indonesia dipangkas untuk yang keenam kalinya tahun ini menjadi 4.75% - sebuah langkah yang diharapkan akan mendukung pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

"Rupiah melawan Dolar pada hari Senin di kisaran 13011 dengan membaiknya sentimen. Mata uang ini berpotensi semakin menguat pekan ini apabila data domestik yang positif memperkuat optimisme akan stabilitas perekonomian Indonesia," kata Lukman Otunuga, Research Analyst Forextime dalam keterangan resmi, Selasa (25/10/2016).

Saham global bertahan pada Jumat (21/10/2016) pekan lalu dengan menguatnya sejumlah pasar saham utama ditopang oleh data pendapatan perusahaan yang menggembirakan dan stabilnya harga minyak yang mendukung selera risiko. Saham Asia menguat di hari Senin (24/10/2016) karena data perdagangan Jepang yang meningkat membantu Nikkei untuk naik +0.29%. Pasar Eropa telah memulai pekan ini dengan awal yang cukup baik karena momentum bullish dari Asia dan ini berpotensi diteruskan ke Wall Street.

Risiko peristiwa yang terus mengintai pasar saham adalah pilpres AS mendatang yang dapat menciptakan level volatilitas dan ketidakpastian yang sangat tinggi. Mendekati pilpres AS di tanggal 8 November, saham rentan mengalami penurunan besar karena meningkatnya ketidakpastian tentang siapa yang akan menjadi Presiden Amerika Serikat ke-45 membuat para investor menghindari aset berisiko. 

Dolar AS mendekati level tertinggi 8 bulan

Dolar Amerika Serikat (USD) melejit ke level tertinggi baru dalam delapan bulan terakhir terhadap sekeranjang mata uang pada awal perdagangan hari Senin karena semakin besarnya ekspektasi peningkatan suku bunga Fed di tahun ini. Komentar hawkish dari Presiden Fed John Williams bahwa "masuk akal untuk kembali melakukan peningkatan suku bunga secara bertahap" ditambah sejumlah pernyataan bernada hawkish dari banyak pejabat Fed memperbesar spekulasi bahwa bank sentral ini akan mengambil langkah lagi di tahun 2016. Investor mungkin akan mengarahkan perhatian terhadap berbagai laporan makroekonomi penting dari AS pekan ini seperti indeks keyakinan konsumen dan PDB yang dapat memberi pencerahan tentang keadaan ekonomi terbesar dunia ini. Saat ini sentimen terhadap USD masih bullish dan para spekulan mendukung dugaan bahwa Fed akan mengambil langkah di bulan Desember tahun ini.

Data perdagangan Jepang membaik

Sentimen terhadap ekonomi Jepang sedikit membaik pada awal perdagangan hari Senin (24/10/2016) karena data perdagangan Jepang semakin stabil dan mengurangi kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi negara ini. Kita semua mengetahui bahwa menguatnya Yen karena penghindaran risiko sangat memukul ekspor Jepang dan lemahnya permintaan global memperburuk keadaan bagi Jepang. Di bulan September, ekspor Jepang merosot 6.9%. Dengan begitu, penurunan telah terjadi selama 12 bulan berturut-turut, namun angka ini lebih baik dari ekspektasi sehingga ada harapan bahwa ekspor akan pulih.

Meninjau fakta tersebut, manufaktur Jepang di bulan Oktober memberi angin segar karena aktivitas mengalami ekspansi dengan laju paling cepat selama hampir sembilan bulan terakhir yaitu di level 51.7 yang mengindikasikan bahwa permintaan domestik mungkin dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Walaupun data ekonomi ini agak memberi harapan, lemahnya pertumbuhan ekonomi dan rendahnya level inflasi tetap menjadi isu utama di Jepang yang terus menekan Bank of Japan. Yen berpotensi semakin menguat karena pilpres AS mendatang dapat memicu penghindaran risiko yang akan memperberat masalah bagi Jepang.

Poundsterling di Bawah Tekanan

Berbagai faktor pemberat seperti risiko politik, ketidakpastian, dan rendahnya selera beli membuat GBP semakin melemah. Data ekonomi Inggris saat ini menjadi semakin dikesampingkan karena faktor utama yang memengaruhi GBP adalah isu proses Brexit yang sulit. GBP tetap sangat sensitif ke arah negatif dan para penjual mengeksploitasi relief rally untuk semakin menekan nilai tukar mata uang ini.

"Dari sudut pandang teknikal, GBPUSD bersifat bearish pada rentang waktu harian karena secara konsisten terdapat level terendah yang lebih rendah dan level tertinggi yang lebih rendah. Breakdown di bawah 1.2200 dapat membuka jalan menuju 1.2000," tutup Lukman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI