Lukman Otunuga, Research Analyst Forextime menyatakan bahwa Bank Indonesia (BI) membuat kejutan dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen di hari Kamis (20/10/2016) dengan tujuan memacu permintaan domestik dan pertumbuhan ekonomi. BI telah memangkas suku bunga sebanyak enam kali tahun ini dan dampaknya terefleksikan dengan peningkatan inflasi September menjadi 3.07 persen.
"Inflasi masih berkisar di 3 persen-5 persen di tahun 2016 sehingga masih ada ruang untuk pelonggaran lebih lanjut," kata Lukman dalam keterangan resmi, Jumat (21/10/2016).
Rupiah merosot tajam terhadap Dolar AS ke level di bawah 13000 setelah pemangkasan suku bunga ini. Walaupun prospek umum terhadap perekonomian Indonesia tetap menjanjikan dengan program amnesti pajak. "Rupiah berpotensi semakin merosot karena semakin besarnya harapan kenaikan suku bunga Fed di bulan Desember ini menekan aset pasar berkembang," ujar Lukman.
Menantikan komentar dari Mario Draghi
Nuansa antisipasi begitu terasa di pasar finansial di hari Kamis (21/10/2016) karena investor menantikan rapat Bank Sentral Eropa (ECB) yang diharapkan dapat memberi isyarat mengenai kemungkinan perpanjangan program pelonggaran kuantitatif (QE). Suku bunga dan program pembelian obligasi EUR 80 miliar saat ini diprediksi tidak berubah di bulan Oktober, namun Draghi mungkin akan dihujani dengan banyak pertanyaan tentang pengurangan program QE pada sesi konferensi pers. Ini dapat memicu level volatilitas yang sangat tinggi.
"Inflasi Eropa masih jauh di bawah target 2 persen dan tingkat pengangguran masih berkisar di 10 persen sehingga wacanapengurangan ini sepertinya masih prematur. ECB mungkin akan mengadopsi posisi tidak aktif bulan ini sebelum mengambil langkah di bulan Desember berdasarkan rilis estimasi inflasi baru," jelas Lukman.
Kelesuan masih begitu terasa terkait efektivitas kebijakan moneter untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi - di sinilah peran Draghi dinantikan. Mario Draghi mungkin akan mencoba membuka jalan untuk stimulus lebih besar lagi dengan mengulangi pernyataan dovish bahwa ECB akan melakukan segala cara untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi. Pernyataan khas "melakukan segala cara" itu sudah berulang kali kita dengar - pertanyaannya, apakah kali ini pasar akan bersedia mendengarkan.
Penjualan Ritel Turun, GBP melemah
Poundsterling (GBP) melemah di hari Kamis (20/10/2016) karena angka penjualan ritel yang datar sebesar persen di bulan September menimbulkan kekhawatiran bahwa keyakinan konsumen sedang menurun. Walau cuaca yang hangat disebut sebagai salah satu alasan dari rendahnya penjualan ritel, hal ini tidak berhasil menghentikan penjual untuk terus menekan GBP. Masalah proses Brexit yang sulit jelas mengganggu nilai tukar GBP saat ini. Data ekonomi hanya menjadi pertimbangan sampingan karena ketidakpastian situasi merusak ketertarikan investor terhadap mata uang ini.
"GBPUSD tetap bearish secara fundamental di rentang waktu harian dan relief rally saat ini memberi peluang bagi investor bearish untuk menyeret harga turun ke 1.2150," tutup Lukman.