Sementara itu, melihat data konsumsi kertas per kapita per tahun di Indonesia yang baru sekitar 32.6 kilogram (kg),menjadikan peluang besar untuk pengembangan industri pulp dan kertas. Pasalnya, di negara-negara maju, konsumsi kertas per kapita per tahun di Amerika Serikat mencapai 324 kg, Belgia 295 kg, Denmark 270, Kanada 250 kg, Jepang 242 kg, Singapura 180 kg, Korea 160 kg, dan Malaysia 106 kg.
“Peluang di dalam negeri juga didorong seiring dengan meningkatnya pendidikan masyarakat dan kegiatan ekonomi lainnya yang membutuhkan produk kertas, sepertikertas tulis cetak, kertas kemasan pangan, kertas kantong semen, kertas bungkus, dan kotak karton gelombang,” sebut Airlangga.
Disamping itu, pasar ekspor yang tumbuh sekitar 2,1 persen per tahun, juga merupakan peluang yang dapat diisi Indonesia terutama dengan makin berkurangnya peran negara-negara Skandinavia seperti Finlandia, Swedia, danNorwegia yang sebelumnya merupakan negara pemasok utama pulp dan kertas di pasar internasional.
Pada kesempatan yang sama, Ketua APKI Misbahul Huda mengatakan, industri pulp dan kertas sebagai sektor unggulan berbasis sumberdaya alam sangat membutuhkan dukungan dari multistakeholders di Indonesia termasuk pemerintahsehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi negara secara ekonomi dan lingkungan serta mampu menyerap banyak tenaga kerja.
“Selama ini, APKI telah menjadi mitra strategis bagi pemerintah dalam melakukan berbagai dialog seperti untukkebijakan penurunan harga gas, SNI kemasan pangan, SVLK, kebijakan ekspordan impor, serta kebijakan impor kertas daur ulang,” papar Huda.
Huda pun meyakini, dengan keunggulan komparatif dari segi ketersediaan bahan baku dan iklim tropis, industri pulp dan kertas nasional dapat tumbuh positif dengan dukungan dari multistakeholders.