Tekanan yang dialami pasar perumahan primer di Jabodebek-Banten pada Kuartal II 2016 mulai mengalami pertumbuhan positif menyusul naiknya beberapa indikator utama terkait nilai penjualan dan jumlah unit terjual. Setelah pada Q2-2016 nilai penjualan masih mengalami penurunan -13,3 persen (qtq), maka di Q3-2016 nilai penjualan perumahan di wilayah Jabodebek-Banten yang diperkirakan menjadi benchmark pasar perumahan nasional, mengalami pertumbuhan 8,1 persen (qtq) dengan nilai penjualan sebesar Rp1.169.372.110.757. Begitu juga yang terjadi dengan tingkat jumlah unit terjual yang naik tipis di Kuartal II 2016 sebesar 3,2 persen (qtq), mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar 11,8 persen (qtq) di Kuartal III 2016.
"Kenaikan nilai penjualan secara umum sebagai dampak naiknya nilai penjualan di segmen kecil dan menengah masing-masing sebesar 22,1 persen dan 19,1 persen. Meskipun demikian tekanan masih dirasakan di segmen atas yang terus mengalami tren penurunan sebesar -19,8 persen di Q3-2016," kata Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda dalam keterangan resmi, Jumat (14/10/2016).
Seperti telah diprediksi sebelumnya oleh Indonesia Property Watch di awal tahun 2015, siklus properti dalam posisi takeoff paling lambat semester II/2016. Penurunan yang terjadi di Q2-2016 dilihat sebagai upaya pasar melakukan titik balik melihat ternyata jumlah unit terjual naik tipis 3,2 persen meskipun secara nilai penjualan turun 13,3 persen. Hal ini memerlihatkan bahwa pasar mulai terus bergeser ke segmen menengah sampai bawah. Tren menengah bawah ini terus berlanjut melihat komposisi penjualan di Kuartal III 2016.
Segmen menengah dan kecil mendominasi tingkat penjualan yang ada dengan berkontribusi masing-masing 33,4 persen dan 43,9 persen. Sedangkan penjualan rumah di segmen besar mewakili 22,7 persen dari keseluruhan penjualan yang ada. Berdasarkan jumlah unit sebagian besar merupakan unit-unit rumah di segmen kecil sebesar 59,2 persen dan segmen menengah 34,7 persen. "Sedangkan segmen besar hanya mewakili jumlah unit terjual sebesar 6,2 persen," ujar Ali.
Penjualan di wilayah Tangerang yang mendominasi sebesar 46,7 persen dari keseluruhan tingkat penjualan yang berhasil diperoleh, diikuti Bogor dan Bekasi masing-masing sebesar 19,3 persen dan 16,1 persen.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kenaikan harga rumah dan tanah mulai menunjukkan kenaikan seiring dengan mulai naiknya pasar permintaan. Potensi pembangunan infrastruktur yang sebagian sedang dilaksanakan terus berdampak bagi kenaikan harga rumah. Selain itu juga pihak perbankan mulai mendorong pasar perumahan dengan menawarkan suku bunga rendah. Likuiditas perbankan yang tinggi membuat perbankan berlomba-lomba untuk mengucurkan kreditnya. Belum lagi potensi dana repatriasi hasil tax amnesty yang terbilang sukses dengan capaian mencapai Rp 132 triliun di tahap I pelaksanaannya.
Namun demikian semata-mata pergerakan siklus pasar perumahan yang mulai terlihat merupakan akibat dari pasar perumahan yang saat ini sudah di dasar siklus dan bersiap untuk bangkit lagi di tengah banyak potensi kebijakan yang pro pasar perumahan dan properti. "Dana repatriasi akan menjadi faktor pendorong yang juga akan berdampak luar biasa bagi perkembangan pasar perumahan dan properti nasional," tutup Ali.