Mardiyah, Mantan Bankir yang Kini Jadi Jutawan Mukena

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 14 Oktober 2016 | 18:23 WIB
Mardiyah, Mantan Bankir yang Kini Jadi Jutawan Mukena
Mardiyah, ditengah produk batik Mukena Omah Colet. [Dok Omah Colet]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tidak ada kata terlambat untuk memulai berbisnis. Sukses berbisnis bisa diraih di usia berapapun saat kita memulai usaha.

Hal ini sudah dibuktikan oleh Mardiyah, mantan karyawan yang bekerja di PT Bank Danamon Indonesia Tbk selama 19 tahun. Ketekunannya memulai bisnis mukena lukis sejak 2007 membuahkan hasil yang gemilang.

Alkisah, keputusan Mardiyah terjun menjadi pebisnis dimulai dari celetukan sang ayah. Sang ayah pernah berujar, 9 anaknya telah berhasil ia sekolahkan hingga menjadi sarjana. Namun sang ayah heran, mengapa semua anaknya hanya menjadi pegawai dan bekerja untuk orang lain. “Jadi ayah saya itu ingin anak-anaknya menjadi seperti Aburizal Bakrie, pengusaha yang membuka banyak lapangan kerja buat orang lain,” kata Mardiyah dalam wawancara khusus dengan Suara.com di Jakarta, Kamis (13/10/2016).

Suara.com - Kebetulan sang kakak adalah pegawai kantor cabang salah satu bank swasta nasional sebagai marketing. Dengan posisinya ini Marfuah memiliki koneksi yang luas dengan para cukong dan pemasok bahan-bahan tekstil dan bahan baku mukena lukis.

Kakak beradik, Mardiyah dan Marfuah ini semasa sekolah hidup bersama Budenya yang memiliki toko tekstil dan juga menjual mukenah. Ketika itu mukenah yang dijual mukenah dengan model yang sederhana. 

Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2005. Singkat cerita, selama 2 tahun pertama, Mardiyah belum fokus menjalani bisnis penjualan mukena lukis. Barulah pada tahun 2007, Mardiyah akhirnya memutuskan lebih serius dan mendirikan butik mukena lukis dengan nama usaha Mukena Batik Omah Colet.

Bersama sang suami Dicky Roswy, dan Mardiyah terus menekuni bisnis penjualan mukena lukis miliknya. Tanpa kenal menyerah, ia mencoba memperkenalkan merek mukena Omah Colet. Berbagai pameran UMKM yang diselenggerakan Bank Danamon maupun lembaga lain ia ikuti. Menurutnya, tahap pertama yang terpenting adalah menanamkan brand (merek, red) ke benak konsumen.

Seiring berjalannya waktu, ketekunan Mardiyah mulai membuahkan hasil. Ketika semula yang pesan hanyalah teman-teman kerja di Bank Danamon dan tetangga, customer Mardiyah semakin meluas. Banyak customernya yang tertarif dengan motif lukisan mukena Omah Colet yang indah. Belum lagi bahannya yang terbuat dari jenis kain yang dingin saat dikenakan ke tubuh.

Perkembangan pesat mulai terjadi saat Mardiyah merambah ke penjualan online lewat internet. Ia membuka facebook khusus untuk Omah Colet pada tahun 2014. Tahun lalu, ia akhirnya membuka Instagram resmi Omah Colet. Semenjak itu, order mukena lukis Omah Colet maju pesat.

Usahanya yang semula hanya mempekerjakan 2 orang karyawan kini sudah memiliki lebih dari 50 karyawan. Mardiyah juga mampu membeli 2 unit rumah di Kota Legenda, Bekasi Timur untuk dijadikan butik mukena lukis Omah Colet. Sepanjang periode Semester I 2016, Mardiyah mampu meraup omzet lebih dari Rp1 miliar.

Selain di Galeri atau butik Omah Colet, Mardiyah juga memiliki display mukenah di pertokoan Dukuh Zamrud Kota Legenda, Bekasi.

Selama 9 tahun, Omah Mukenah Batik Colet telah menghasilkan beragam jenis produk mukena dan kreativitas dari seni colet ini. Kini terdapat belasan model colet mukena, mulai dari mukena colet biasa perpaduan bunga-bunga aneka warna plus renda, mukena gradasi, mukena pasir cinta, mukena gribigan (motif bilik), mukena colet timbul, mukena gelombang cinta, mukena mega cinta -perpaduan colet dengan bahan full color-, mukena anak-anak dari ukuran S, M, dan L dan untuk ABG pun diproduksi.

“Rata-rata harga mukena Omah Colet bervariasi antara Rp100 ribu – Rp300 ribu,” tutup Mardiyah.

Kesuksesannya ini membuatnya mengambil keputusan yang berani. Setelah 9 tahun berstatus double antara pengusaha mukena sekaligus Media External Bank Danamon, Mardiyah akhirnya memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan. Ia memutuskan untuk total menjalani kiprah sebagai pengusaha.

“Selama 3 tahun terakhir ini keinginan keluar sudah kuat. Akhirnya saya berhasil mengambil keputusan yang tepat,” tutup Mardiyah. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI