Kondisi Likuiditas BNI Diyakini Cukup untuk Topang Kredit

Adhitya Himawan Suara.Com
Kamis, 13 Oktober 2016 | 20:42 WIB
Kondisi Likuiditas BNI Diyakini Cukup untuk Topang Kredit
Dewan Direksi BNI di Jakarta, Kamis (13/10/2016). [Antara/Prasetyo Utomo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk meyakini likuiditas masih mencukupi hingga akhir tahun untuk mencapai target pertumbuhan kredit sebesar 16-17 persen, meskipun rasio pinjaman terhadap simpanan hingga triwulan III 2016 sudah melebihi ketentuan maksimum yang disarankan Bank Indonesia.

Direktur Utama BNI Ahmad Baiquni di Jakarta, Kamis (13/10/2016) mengatakan memang rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) hingga kuartal III sudah 92,8 persen atau melebihi batas atas rasio likuiditas yang disarankan Bank Indonesia.

Namun, kata dia, jika turut menghitung sumber pendanaan dari pinjaman bilateral maka LDR BNI bisa di bawah 92 persen. Pinjaman bilateral itu juga yang turut diandalkan BNI untuk mendongkrak penyaluran kredit.

"Likuiditas masih dalam kategori aman. Sebab, sumber dana kami di luar komponen LDR masih cukup besar, seperti pinjaman bilateral antarbank," kata dia.

Pinjaman bilateral itu berasal dari China Development Bank, yang banyak disalurkan untuk kredit infrastruktur.

Baiquni mengatakan dengan perkiraan kredit tumbuh di 16-17 persen, maka laba bersih juga dia yakini akan tumbuh di atas 9 persen atau dua digit.

Di sisi lain, kata Baiquni, meskipun LDR perseroan sebesar 92,8 persen, pihaknya tidak akan terganjar sanksi penaikan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh BI. Pasalnya, rasio kecukupan modal (CAR) BNI hingga Kuartal III-2016 sebesar 18,4 persen.

"Tapi kami tetap di akhir tahun akan mengupayakan LDR di bawah 92 persen di akhir 2016," ucap dia.

Hingga kuartal III-2016, kredit BNI sebesar Rp372,02 triliun atau tumbuh 21,1 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2015. Pertumbuhan kredit itu membawa BNI menikmati laba bersih pada kuartal III-2016 sebesar Rp7,72 triliun atau bertumbuh 28,7 persen.

Namun, pertumbuhan kredit dua digit itu menyisakan kenaikan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) menjadi 3,1 persen dibandingkan periode yang sama di 2015 yang sebesar 2,8 persen.

"Kami akan hati-hati terutama untuk sektor kredit bermasalah. Target NPL di bawah 3,1 persen akhir tahun," ujarnya.

Dengan target kredit 16-17 persen, BNI membidik pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) hingga akhir 2016 sebesar 15-16 persen. Hingga akhir Kuartal III-2016 penghimpunan DPK BNI mencapai Rp401,88 triliun atau meningkat 15 persen. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI