Ini 9 Inovasi Bisnis Bagi Para Petani Sawit Kecil

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 12 Oktober 2016 | 17:10 WIB
Ini 9 Inovasi Bisnis Bagi Para Petani Sawit Kecil
Petani sawit sedang memanen buah kelapa sawit. [dipenda.pekanbaru.go.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sembilan inovator yang menghadirkan solusi terobosan untuk membantu petani sawit mandiri Indonesia dalam menghasilkan panen kelapa sawit berkelanjutan telah terpilih dari lebih dari 70 pendaftar internasional untuk mempresentasikan ide mereka kepada para tokoh terkemuka di bidang bisnis, pelestarian hutan, pembangunan internasional dan perwakilan pemerintah. Berasal dari Indonesia, Amerika Serikat, Belanda, dan Singapura, kesembilan finalis SAWIT Challenge ini akan mempresentasikan proposal mereka di hadapan berbagai organisasi ternama seperti Bank Mandiri, Golden Agri Resources, Cargill, KEHATI, Mondelez, dan World Resources Institute di Jakarta pada tanggal 17 dan 18 November.

Minyak kelapa sawit merupakan industri yang sangat penting untuk perekonomian Indonesia. Industri ini telah memberikan penghasilan bagi banyak orang yang hidup dalam garis kemiskinan, termasuk para petani kecil independen. Pada tahun 2014, petani sawit kecil telah merepresentasikan 42 persen dari total pasar minyak kelapa sawit Indonesia. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 50 persen pada tahun 2020, menyalip pangsa minyak kelapa sawit perusahaan yang diproyeksikan akan berada di angka 45 persen pada tahun tersebut. "Petani kecil akan terus memiliki peranan penting di dalam industri minyak kelapa sawit dan karenanya berada dalam posisi yang strategis untuk menerapkan solusi atas berbagai tantangan dalam industri ini, termasuk mengoptimalkan perkebunan kelapa sawit sebagaimana diutarakan oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada April 2016," kata Karen Kusnadi, Consultant, Maverick, dalam keterangan tertulis, Rabu (12/10/2016).

Menyadari hal ini, kesembilan finalis SAWIT Challenge pun menjawab panggilan internasional SAWIT Challenge yang berupaya untuk mengumpulkan ide-ide terkait pemecahan tantangan utama para petani sawit kecil independen di Indonesia: keuangan, input pertanian dan praktik terbaik, pemetaan dan kepemilikan lahan, informasi pasar, serta transparansi. Inovasi-inovasi ini dibuat untuk membuat produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan dan menguntungkan bagi petani sawit kecil independen.

Inovator dari Stanford University (Amerika Serikat) dan konsorsium yang terdiri dari Bentang Alam (Indonesia), Forest Carbon (Indonesia), SNV (Belanda), Financial Access (Belanda), dan Akvo (Belanda) menawarkan solusi untuk membantu petani kecil dalam memiliki praktik keuangan yang lebih efisien. Standford University mengusulkan harga premium 10 persen untuk petani sawit kecil yang telah memenuhi standar berkelanjutan -- memberikan sebagian kecil dari biaya untuk para pembeli. Sementara itu, Bentang Alam mengusulkan untuk menggabungkan pinjaman uang tunai dengan input pertanian agar dapat mengurangi resiko terhadap institusi keuangan serta menaikkan nilai para petani.

Di sisi lain, PT Pandawa Agri Indonesia dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (IOPRI) menawarkan alat dan sarana untuk petani sawit kecil dalam meningkatkan hasil panen dan produktivitas. PT Pandawa Agri Indonesia menawarkan herbisida organik yang diproduksi menggunakan bahan-bahan lokal agar dapat mengurangi penggunaan pestisida hingga 50%. Beralih ke herbisida dapat membantu petani sawit kecil untuk mengurangi penggunaan Paraquat, zat terlarang yang masih lazim di industri kelapa sawit. Sementara itu, IOPRI akan menyediakan akses terhadap bibit kelapa sawit berkualitas tinggi dan memberikan bantuan teknis kepada para petani kecil.

Berbeda lagi dengan Landmapp (Belanda) dan Cadasta Foundation bekerja sama dengan Humanitarian OpenStreetMap (Amerika Serikat) yang menawarkan solusi untuk membantu petani kecil dalam memetakan lahan pertanian dan mengamankan hak properti mereka. Landmapp bekerja langsung dengan petani sawit kecil untuk memetakan lahan mereka, mengumpulkan data, dan mengajukan aplikasi resmi terhadap lahan mereka. Sementara Cadasta Foundation menguji pendekatan baru untuk memiliki hak atas lahan dan sumber daya data, serta menggunakan aplikasi Humanitarian OpenStreetMapping.

Di sisi lain, inovator dari Singapura, EcoHub Global, mengusulkan sebuah aplikasi gratis yang dapat memberikan petani akses terhadap informasi harga aktual dari pabrik, peta untuk input pertanian, dan informasi tentang praktik pertanian yang baik. Aplikasi ini juga berfungsi sebagai platform untuk berkomunikasi dengan pembeli, prosesor, dan koperasi.

Terakhir, Sourcemap Inc. (Amerika Serikat) dan PT Koltiva (Indonesia) menawarkan solusi untuk meningkatkan traceability dan transparansi dalam produksi minyak kelapa sawit. Sourcemap Inc. menyediakan aplikasi di bidang pemantauan dan penelusuran yang menggabungkan data lapangan dengan catatan perusahaan di bidang pembelian serta data risiko pihak ketiga untuk menyajikan proses supply chain yang lengkap. Sementara PT Koltiva Indonesia merekomendasikan untuk mengadaptasi teknologi penelusuran yang telah digunakan dalam industri kakao.

Kompetisi ini dilakukan oleh Smallholders Advancing with Technology and Innovation (SAWIT), sebuah bentuk kemitraan antara Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) dan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), dengan didukung oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).

Di Jakarta, Indonesia, para inovator akan menerima tanggapan yang komprehensif tentang solusi mereka dari perusahaan dan organisasi yang siap untuk merealisasikan ide-ide mereka ke pasar. Finalis SAWIT juga akan dipertemukan dengan inovator lainnya dan mendapatkan kesempatan networking berdasarkan kebutuhan utama masing-masing inovator.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI