Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis (6/10/2016) ditutup turun sebesar 11 poin atau 0,21 persen ke level 5.409 setelah bergerak di antara 5.390-5.447. Sebanyak 110 saham naik, 177 saham turun, 96 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp 6.063 triliun. Di pasar reguler, in-vestor asing membukukan transaksi jual bersih (net sell) Rp 120 miliar.
Penjelasan tersebut tertuang dalam keterangan resmi Direktur PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee, Jumat (10/7/2016).
Pasar Amerika melemah tipis sedangkan harga minyak melambung diatas 50 Dolar Amerika Serikat (AS) per barrel, diikuti oleh penguatan Dolar AS di pasar mata uang menjelang rilis data non-farm payrolls AS. Data ekonomi yang dirilis klaim tunjangan penganggur AS mengindikasikan bahwa pertumbuhan pasar kerja AS masih positif, dengan penurunan jobless claims dibawah estimasi. Fokus selanjutnya pada data nonfarm payrolls, jika dirilis positif berpotensi meyakinkan para investor bahwa jalur perekonomian sudah tepat, dengan memperkuat skenario kenaikan suku bunga The Fed di bulan Desember.
"Dow jones melemah 0,06 persen ke level 18,269, Nasdaq melemah 0,08 persen ke level 4,873 dan S&P menguat 0,05 persen ke level 2,160," kata Hans.
Pasar eropa berakhir melemah. Pasar memasuki pertengahan perdagangan Kamis (6/10/2016) mengalami aksi ambil untung. Aksi ini diambil investor menyusul pen-guatan yang terjadi dua hari belakangan. Indeks Stoxx 600 melemah tipis 1 poin atau 0,31 persen ke 343,16.
"Indeks FTSE melemah 0,47 persen ke level 6,999, Index DAX melemah 0,16 persen ke level 10,568 dan CAC melemah 0,22 persen ke level 4,480," ujar Hans.
Bank Indonesia (BI) meyakini inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) hingga akhir ta-hun 2016 semakin terkendali. Bank sentral memprediksi, inflasi akan berada pada kisaran 3,1 hingga 3,2 persen, lebih rendah dibandingkan prediksi sebelumnya, yakni berkisar 3,2 hingga 3,3 persen. Tren inflasi tahun ini kami perkirakan 3,1 sampai 3,2 persen, perkembangan IHK pada tahun 2017 mendatang pun masih cukup rendah dan stabil, meskipun ada berbagai risiko.
Salah satu risiko yang dimaksud adalah rencana pemerintah untuk memangkas subsidi listrik. Meskipun risiko-risiko tersebut akan memengaruhi laju inflasi di tahun 2017 mendatang, na-mun pengaruhnya masih tetap berada dalam target yang telah ditetapkan oleh bank sentral. Dampak kenaikan tarif listrik pun diprediksi tidak terlalu besar berpengaruh ke inflasi. Laju inflasi IHK pada bulan September 2016 tercatat sebesar 0,22 persen dengan posisi inflasi tahun kalender mencapai 1,97 persen.