Sejumlah Peritel Global Masih Ekspansi Bisnis di Jabodetabek

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 05 Oktober 2016 | 20:24 WIB
Sejumlah Peritel Global Masih Ekspansi Bisnis di Jabodetabek
Salah satu ritel terbesar di Indonesia, Carrefour. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle (JLL) menyatakan sejumlah peritel global masih melakukan ekspansi di beragam pasar pusat perbelanjaan yang terdapat di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

"Dengan keterbatasan suplai (pusat perbelanjaan atau mal) yang ada, masih ada peritel yang sibuk ekspansi dan mencari lokasi baru," kata Head of Advisory JLL Indonesia Vivin Harsanto dalam paparan properti di Jakarta, Rabu (5/10/2016).

Menurut dia, peritel global yang berekspansi juga tidak mengincar Jakarta tetapi juga berbagai daerah di sekitarnya yaitu di kawasan Bodetabek.

Vivin juga menyebutkan mal di daerah ibukota dan sekitarnya sudah tidak lagi hanya sebagai tempat belanja tetapi telah menjadi "life style" seperti menjadi tempat untuk bertemu bersama teman atau kerabat.

Sementara itu, Head of Research JLL Indonesia James Taylor mengatakan secara umum, peritel makanan dan minuman terus menjadi penggerak permintaan utama untuk ruang kantor di pusat perbelanjaan.

"Okupansi (tingkat keterhunian) telah lebih dari 90 persen sejak tahun 2012 secara keseluruhan di pusat perbelanjaan.. dan jumlah itu lebih dari 95 persen di mal ritel utama," katanya.

Hal itu, ujar dia, berarti ekspansi yang dilakukan oleh peritel menjadi lebih terbatas dan tingkat permintaan akan lebih didorong dari pasokan ruang ritel karena masih terbatasnya penambahan mal atau pusat belanja baru.

Sedangkan Country Head JLL Indonesia Todd Lauchlan mengemukakan, investor asing yang berasal dari Hongkong, Singapura, China, Jepang, dan Korea secara konsisten masih menaruh minat yang cukup tinggi terhadap properti di Indonesia.

Sebelumnya, kinerja okupansi atau tingkat keterhunian di berbagai lokasi ritel atau pusat perbelanjaan di wilayah DKI Jakarta umumnya baik untuk di mal kelas menengah atas, tetapi kondisi sebaliknya terjadi pada mal menengah-bawah.

"Kalau dilihat dari okupansi, untuk mal kelas atas sudah di atas 95 persen, sedangkan yang kelas menengah bawah tidak sebagus itu," kata Senior Associate Director Colliers International Indonesia (konsultan properti) Ferry Salanto di Jakarta, Selasa (3/10).

Dengan demikian, menurut Ferry Salanto, tingkat kekosongan para penyewa di berbagai mal kelas atas di Jakarta dapat dikatakan sangat minim pada saat ini.

Menurut dia, meski pasokan untuk ritel atau mal baru sudah dikekang dengan kebijakan moratorium pusat belanja di Ibu Kota dari beberapa tahun sebelumnya, tetapi tingkat permintaan juga nisbi belum terlalu tinggi.

Perusahaan yang masih menjadi pendorong utama, ujar dia, masih berada di sektor makanan dan minuman.

Sedangkan di luar Jakarta, lanjutnya, pusat belanja umumnya berkembang di Bekasi dan Tangerang karena mengikuti perkembangan residensial yang pesat di daerah tersebut.

"Sampai sekarang 'performance' (kinerja) ritel tidak sebagus yang kita perkirakan. Walau suplai sedikit, itu tidak otomatis membuat harga sewa bergerak meningkat pesat," tuturnya.

Sentimen peritel sekarang ini, ujar dia, masih berdasarkan kinerja dari mal atau pusat perbelanjaan yang akan mereka masuki tersebut. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI