Khawatir Stabilitas Deutsche Bank, Saham Amerika Melemah

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 05 Oktober 2016 | 12:15 WIB
Khawatir Stabilitas Deutsche Bank, Saham Amerika Melemah
Deutsche Bank. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Selasa (4/10/2016) Oktober 2016 ditutup naik sebesar 8 poin atau 0,18 persen ke level 5.472 setelah bergerak di antara 5.460-5.482. Sebanyak 128 saham naik, 158 saham turun, 102 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp 7.228 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) Rp51 miliar.

Penjelasan tersebut tertuang dalam keterangan resmi Direktur PT Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, Rabu (5/10/2016).

Pasar Amerika kembali melemah di penutupan perdagangan. Bank-bank besar memperpanjang penurunan baru-baru ini karena investor khawatir tentang stabilitas Deutsche Bank dan juga Wells Fargo & (WFC.N) terkait penanganan pelang-garan penjualan. Saham di luar AS yang terdaftar dari Deutsche tergelinciir karena harapan investor memudar terhadap kesepakatan cepat dengan otoritas AS atas kesalahan penjualan sekuritas berbasis mortgage.

"Dow Jones melemah 0,46 persen ke level 18,169, Nasdaq melemah 0,155 dan S$P melemah 0,49 persen ke level 2,150," kata Hans.

Pasar Eropa ditutup menguat. Deutsche Bank kembali menjadi fokus di perdagangan pertama pekan ini setelah libur di Jerman Senin kemarin. Saham Deutsche Bank bergerak bagai roller coaster pada pekan lalu setelah adanya kabar bank asal Jerman tersebut akan membayar denda 14 miliar Dolar Amerika Serikat (AS). Sementara Wall Street Journal melaporkan pembicaraan antara kedua belah pihak masih berlang-sung dan belum ada nilai pasti denda yang harus dibayar.

"Indeks DAX Jerman menguat 1,03 persen menjadi 10.619, Indeks CAC naik 1,11 persen menjadi 4.503. Dan indeks FTSE menguat 1,30 persen menjadi 7.074," ujar Hans.

Pemerintah dan DPR telah menetapkan inflasi pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2017 sebesar 4 persen. Angka tersebut dinilai akan melebar hingga 4,5 persen seiring dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Risiko inflasi pada tahun 2017 akan bersumber dari kebijakan yang diterapkan pemerintah terutama terkait dengan rencana pengurangan subsidi listrik sebesar 18 persen. Ini akan berimplikasi pada kenaikan tarif listrik berdaya 450VA dan 900VA, serta akan mempengaruhi sekitar 22 juta pelanggan atau sekitar 40 persen dari pelang-gan PLN. Dengan demikian dampaknya pada inflasi tahunan diperkirakan tambahan inflasi sebesar 1 persen -1,5 persen. Terkait dengan rencana pemerintah untuk menaikan cukai rokok juga akan berkontribusi pada kenaikan inflasi 2017. Diperkirakan kenai-kan cukai rokok ini akan bertambahah 0,1% - 0,3%. Kemudian terkait cukai plastik yang akan diberlakukan pada 2017 juga ikut menyumbang kenaikan inflasi sebesar0,1 persen - 0,4 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI