Jameel Ahmad, VP of Market Research Forextime mengatakan bahwa kurs Rupiah memulai pekan trading ini dengan cukup bergairah. USDIDR tetap berada di bawah level psikologis penting 13000. Ada sejumlah alasan mengapa sentimen terhadap Rupiah terus membaik, termasuk meningkatnya selera risiko pasca hasil rapat informal OPEC pekan lalu yang memberi kejutan.
"Ketidakpastian kebijakan suku bunga AS di akhir 2016 juga mendukung aset pasar berkembang," kata Jameel dalam keterangan tertulis, Selasa (4/10/2016).
Dari dalam negeri, komentar dari Deputi Gubernur Bank Indonesia bahwa Rupiah dapat semakin menguat juga memperbesar minat beli. Selain itu, hasil positif program amnesti pajak pun mendukung arus masuk Rupiah.
Liburnya berita tentang Deutsche Bank mendukung ekuitas
Perdagangan di pasar finansial di pekan ini juga dibuka dengan positif karena meningkatnya selera risiko setelah adanya berita di akhir pekan lalu bahwa Deutsche Bank dalam proses menyetujui denda yang lebih rendah untuk pelanggarannya. Hari ini adalah libur nasional di Jerman sehingga berita tentang Deutsche Bank pun libur. Berakhirnya kekhawatiran tentang kondisi salah satu institusi investasi terbesar di dunia ini akan memperbaiki sentimen terhadap sektor perbankan secara keseluruhan dan mengurangi risiko terhadap pasar modal secara signifikan.
PM Inggris memastikan Pasal 50, GBP anjlok
Berita besar di akhir pekan lalu adalah bahwa Perdana Menteri Inggris Theresa May akhirnya memberikan perkiraan lini waktu kapan Pasal 50 akan diberlakukan. Perdana Menteri Inggris menjadwalkan untuk mengaktifkan Pasal 50 sebelum Maret 2016 sehingga minat investor terhadap poundsterling (GBP) menurun dan mata uang ini merosot ke level terendahnya dalam hampir tiga bulan ini terhadap USD di angka 1.2844.
Investor sekarang merefleksikan risiko yang lebih tinggi ke dalam nilai tukar GBP dan walaupun GBPUSD telah melemah dari 1.50 tahun ini menjadi 1.28, perlu kita perhatikan bahwa penurunan sejauh ini terjadi karena hasil referendum Uni Eropa yang mengejutkan, bukan karena Inggris benar-benar keluar dari Uni Eropa. Pemerintah Inggris menghadapi masa yang tidak mudah dalam mempersiapkan untuk keluar dari Uni Eropa. Karena itu, saya pribadi meyakini bahwa GBP akan terustertekan untuk periode yang cukup panjang.
Proses pengaktifan Pasal 50 dan negosiasi dengan Uni Eropa dikabarkan akan membutuhkan waktu dua tahun. Jadi apabila ada isyarat bahwa proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa tidak akan memakan waktu dua tahun, investor akan bereaksi drastis.
"Saya tetap berpendapat bahwa secara realistis GBPUSD dapat menyentuh antara 1.20 dan 1.25 di akhir tahun ini. Alasan mengapa saya memprediksi bahwa GBP akan semakin melemah adalah karena sejauh ini nilai tukar GBP hanya merefleksikan hasil referendum Uni Eropa. Pemerintah Inggris masih harus memulai proses pelaksanaan keinginan voter yaitu keluar dari Uni Eropa dan implikasi dari proses ini tentu berpotensi memengaruhi sentimen investor," ujar Jameel.