Namun demikian, konsumsi karet alam domestik untuk memproduksi barang-barang bernilai tambah tinggi hanya sekitar 20 persen dari total produksi nasional. “Tingkat konsumsi domestik ini masih jauh dibawah Malaysia, China dan India yang menyerap lebih dari 40 persen hasil produksinya,” ungkap Airlangga.
Mengenai hal tersebut, kata Menperin, Pemerintah telah memandang bahwa langkah-langkah untuk peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu segera dilakukan sehingga meningkatkan nilai tambah potensi sumber daya alam nasional.
Terlebih lagi, lanjutnya, dengan adanya kebijakan Pemerintah dalam pembangunan tol laut dinilai menjadi peluang besar bagi industri karet untuk menunjang kebutuhan pembangunan pelabuhan seperti rubber dock fender,rubber floating fender, dan rubber bumper. “Pemerintah akan membangun 24 pelabuhan, diantaranyadeep sea port(pelabuhan laut dalam) Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makasar dan Sorong,dimana empat pelabuhan diantaranya sudah berjalan,” kata Airlangga.
Peningkatan konsumsi karet
Pada kesempatan yang sama, Direktur Industri Kimia Hilir Kemenperin Teddy C Sianturi mengatakan, upaya peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu didukung dengan kemampuan industri nasional dalam menyerap karet alam. “Konsumsi karet alam yang saat ini sebesar 580 ribu ton per tahun masih berpotensi untuk ditingkatkan,” ujarnya.
Upaya yang perlu dilakukan, antara lain melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi eskpor barang karet sertamenciptakan cabang-cabang industri baru seperti industri ban pesawat dan vulkanisir pesawat terbang yang berpotensi menyerap karet alam dan menghasilkan devisa nasional.
“Kami juga telah melakukan dengan penguatan struktur industri barang-barang karet, pemberian insentif untuk industri berteknologi tinggi maupun industri berorientasi ekspor, serta pengembangan kawasan industri,” paparnya.
Ditambahkan Teddy, program peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu diiringi dengansustainability dan pengembangan industri existing. “Salah satunya adalah industri ban, sebagai industri yang menyerap 45 persen atau sekitar 270 ribu ton dari total konsumsi karet alam dalam negeri,” ungkapnya.
Dia menyampaikan, produk ban merupakan salah satu komoditi andalan ekspor dengan 70 persen total produksi diperuntukkan bagi pasar ekspor dan nilai ekspor mencapai 1,5 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) per tahun. “Ban merupakan produk yang pangsanya ditentukan oleh mekanisme pasar. Variasi model, ukuran, dan teknologi yang diterapkan menentukan brand image di masyarakat,” tuturnya.