Satu persatu, mulai dari tokoh, pejabat hingga pengusaha kelas kakap dalam beberapa hari terakhir mulai bermunculan mendatangi kantor Direktorat Jenderal Pajak.
Kedatangan mereka untuk mendaftarkan diri dalam program pengampunan pajak atau tax amnesty.
Setelah Tommy Soeharto, kini giluran Abdullah Makhmud Hendropriyono, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) meminta pengampunan pajak pada Rabu (21/9/2016) di kantor Kanwil Wajip Pajak Besar, Sudirman Jakarta Selatan.
Berdasarkan pantauan suara.com, Hendro tiba di kantor pajak pada pukul 12.30 dengan menggunakan baju kemeja dengan jas cokelat.
Ketika tiba di lobby kantor Kanwil WP Besar, Hendro langsung disambut oleh pegawai pajak dan langsung menuju ke tempat pendaftaran tax amnesty.
Hendropriyono merupakan Kepala BIN di periode 2001-2004 saat pemerintahan Megawati Soekarno Putri-Susilo Bambang Yudhoyono.
Pria kelahiran Yogyakarta ini juga pernah menjabat sebagai Menteri Transmigrasi dan Perambahan Hutan dalam Kabinet Pembangunan VII serta Menteri Transmigrasi dan PPH dalam Kabinet Reformasi.
Sebelum Hendropriyono, tokoh lain yang ikut serta dalam program tax amnesty adalah Ketua Dewan Pertimbangan Apindo Sofjan Wanandi, Bos Lippo James Riady, kakak beradik Boy Thohir dan Erick Thohir hingga anak dari Presiden Indonesia yang kedua yaitu Tommy Soeharto.
Selain sebagai tokoh militer dan intelejen, Hendropriyono juga tercatat sebagai pengusaha. Menurut www.hendropriyonocorp.com, ia memiliki Hendropriyono Corporation Indonesia yang membawahi beberapa perusahaan. Salah satunya adalah PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK), yang sebelumnya bernama PT Duta Graha Indah Tbk. Perusahaan ini menjadi pemenang tender dalam proyek wisma atlet Hambalang, Bogor. Satu perusahaan lain yang dikomandoi Hendropriyono adalah Mega Maroci Lines, perusahaan jasa pelayaran di minyak dan gas bumi (migas).
Ia juga memiliki 3 perusahaan lain, yaitu Andalusia Bumi Energi, Andalusia Bumi Pertiwi, dan Andalusia Antar Benua.