Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Rupiah mencatat kinerja positif di awal pekan ini. Rupiah sedikit menguat terhadap Dolar dan IHSG ditutup menguat sekitar 1 persen. Langkah pelonggaran moneter dari Bank Indonesia sangat membantu IHSG sepanjang tahun 2016 dan sinyal pelonggaran melalui kebijakan moneter maupun stimulus fiskal dari pemerintah RI mungkin akan terus meningkatkan optimisme terhadap pasar domestik.
"Satu alasan mengapa sentimen terhadap IHSG sangat menguat Senin kemarin (19/9/2016) mungkin karena Mantan Wakil Presiden Boediono berkomentar bahwa Indonesia berpeluang menjadi salah satu dari tujuh ekonomi terkuat dunia di tahun 2030," kata Jameel Ahmad, Vice President of Market Research Forextime dalam keterangan tertulis, Selasa (20/9/2016).
Ancaman utama bagi pasar domestik saat ini adalah kemungkinan terguncangnya pasar finansial apabila Fed meningkatkan suku bunga AS Rabu ini (21/9/2016). Walaupun spekulasi tentang rencana Fed meningkatkan suku bunga AS masih berlanjut, ekspektasi peningkatan suku bunga AS bulan ini sangat rendah. Jika terjadi peristiwa di luar dugaan dapat menjadi risiko besar bagi seluruh ekonomi pasar berkembang. Apabila suku bunga AS ditingkatkan, seantero pasar berkembang termasuk Indonesia terancam mengalami arus keluar kas. Investor yang mencari imbal hasil dari suku bunga yang lebih tinggi akan mengakibatkan pembelian aset AS dan mungkin saja terjadi aksi jual Rupiah.
Apa yang terjadi jika Fed meningkatkan suku bunga AS?
Walaupun Dolar Amerika Serikat (AS) sedikit melemah pada pembukaan pekan ini, Dolar AS memantul dan meningkat tajam pada penutupan pekan lalu dan menekan sejumlah mata uang utama lainnya seperti Euro (EUR) dan Poundsterling (GBP). Salah satu alasan menguatnya USD adalah data inflasi bulan Agustus yang menggembirakan, namun kita tentu bertanya-tanya apakah hal itu juga disebabkan karena investor menyesuaikan posisinya menjelang keputusan suku bunga Fed Rabu sore ini.
Walaupun ekspektasi pasar saat ini untuk peningkatan suku bunga di bulan September hanya sekitar 15 persen dan akan ada banyak kontroversi apabila suku bunga ditingkatkan, namun masih ada peluang bahwa Fed akan meningkatkan suku bunga. Sejumlah pejabat Fed mengeluarkan komentar dalam beberapa pekan terakhir bahwa argumen untuk meningkatkan suku bunga semakin kuat. Ini menyiratkan bahwa sebagian anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mungkin akan berlawanan pendapat dan memberikan suaranya untuk peningkatan suku bunga AS, dan ada argumen lain bahwa satu kali peningkatan suku bunga lagi layak dilakukan apabila Fed memenuhi mandatnya untuk mencapai stabilitas harga dan penyerapan tenaga kerja maksimum.
Mari kita tinjau sejumlah kemungkinan skenario apabila Fed meningkatkan suku bunga AS pekan ini:
- Dengan ekspektasi pasar saat ini yaitu probabilitas 15% dan terkadang bahkan lebih rendah bahwa suku bunga AS akan ditingkatkan di bulan September, maka peningkatan suku bunga AS belum terefleksikan dalam pasar finansial AS. Federal Reserve berada dalam tekanan untuk menjadi bank sentral besar terdepan dalam hal transparansi dan mempersiapkan pasar untuk segala kebijakan yang akan diambil, maka dapat diperkirakan bahwa Fed akan menerima banyak kritik apabila Fed meningkatkan suku bunga AS di bulan September.
- Pasar saham dapat merosot tajam apabila Fed meningkatkan suku bunga. Peningkatan suku bunga AS dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa periode mudahnya akses ke dana di pasar finansial akan berakhir, artinya investor akan tergerak untuk menarik dananya dari sejumlah saham utama. Ada anggapan bahwa bank-bank sentral tidak dapat memperlonggar kebijakan moneter lagi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan ini tidak baik untuk pasar saham mengingat pelonggaran kebijakan moneter dan kemudahan akses ke dana di dalam sistem adalah pendorong utama menguatnya pasar saham dewasa ini. Intinya, apabila Federal Reserve meningkatkan suku bunga AS Rabu ini maka dapat terjadi penjualan besar-besaran di pasar saham global.
- Pasar berkembang mungkin akan kembali menderita dampak paling besar. Sama seperti pasar saham, pasar berkembang akan menjadi korban utama dari peningkatan tak terduga suku bunga AS bulan ini. Pasar berkembang yang baru mulai menguat karena peningkatan selera risiko investor yang mencari imbal hasil akan mengalami arus keluar kas. Mata uang berkembang pun berpotensi merosot tajam. Ini kabar buruk bagi pasar berkembang selain rentan menjadi korban arus keluar kas tiba-tiba, anjloknya pasar saham global juga akan memicu penghindaran risiko yang menyebabkan investor menjauhi pasar berkembang.
- USD akan mengalami momentum beli. Karena ekspektasi pasar terkait peningkatan suku bunga AS saat ini sekitar 15% dan Indeks Dolar sedikit di bawah 96, peningkatan suku bunga akan mendorong aksi beli USD. Apabila USD semakin menguat, investor akan menjual Emas yang telah dua kali mendekati batas bawah psikologisnya di level $1300 bulan ini. "Apabila Emas merosot di bawah $1300, saya menduga investor akan berbondong-bondong memasuki posisi jual sehingga terjadi momentum jual besar-besaran di seluruh komoditas logam," ujar Jameel.
- Menguatnya USD juga akan menekan sejumlah mata uang utama seperti EUR dan GBP. Walaupun ECB tidak akan keberatan dengan EUR yang melemah, peningkatan suku bunga AS akan menjadi risiko negatif besar untuk GBP. Alasan utamanya adalah semakin besarnya potensi divergensi moneter antara Fed dan Bank of England yang akan membuat GBP semakin lemah lagi. "Meski sebagian bank sentral telah mencapai batas terendah dalam hal kebijakan moneternya, BoE masih mungkin menurunkan suku bunga lebih rendah lagi dan ini adalah risiko bagi investor GBP," tutup Jameel.