Forextime menyatakan saham Asia tertekan pada perdagangan hari Rabu (14/9/2016). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah mendekati 5146.00 karena ketidakpastian peningkatan suku bunga Federal Reserve sangat mengganggu sentimen risiko. Rupiah juga terbebani karena para penjual memanfaatkan peluang untuk menyerang saat Rupiah bertarung melawan kekuatan Dolar AS.
"Walaupun Rupiah dapat semakin tergelincir dengan menguatnya Dolar, sentimen terhadap Indonesia secara umum tetap optimistis. Ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini masih menarik bagi investor asing setelah reshuffle kabinet dan pengesahan UU amnesti pajak yang memupuk harapan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB)," kata Lukman Otunuga, Research Analyst Forextime dalam keterangan tertulis, Kamis (15/9/2016).
Rupiah mengalami volatilitas tinggi terhadap Dolar dan USDIDR tampak bearish pada rentang waktu harian. Harga berada di bawah 20 SMA harian sedangkan MACD melintas ke bawah. Bears akan tetap berkuasa selama level resistance 13290 dipertahankan.
Ketidakpastian peningkatan suku bunga AS menekan pasar saham
Saham global semakin tergelincir pekan ini setelah harga minyak merosot tajam dan sangat merusak selera risiko. Saham Asia memulai perdagangan hari Rabu dengan tidak menggembirakan. Sebagian besar saham anjlok ke level terendah enam pekan karena pasar semakin pesimis akan keefektifan upaya bank-bank sentral besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Pasar Eropa juga terbebani oleh ketidakpastian langkah Fed di tahun 2016 dan Wall Street memasuki teritori bearish karena ketidakpastian ini membuat investor menghindari aset berisiko.
Pasar modal selama ini jelas terbantu oleh harapan intervensi bank sentral dalam mengatasi gejolak finansial, dan peningkatan spekulatif harga minyak memperbaiki sentimen risiko untuk sementara saja. Pasar masih mengkhawatirkan kondisi ekonomi global dan ketidakpastian semakin tinggi menjelang pemilu AS. Karena itu, tren berpotensi menjadi bearish. Karena bank sentral sangat berhati-hati dalam mengambil langkah saat ini, kegelisahan pasar pun meningkat dan pemicu tak terduga bisa saja mengakibatkan aksi jual besar-besaran di pasar modal.
Pesimisme GBP semakin besar
Mata uang poundsterling dari Inggris (GBP) terekspos ke penurunan tajam pekan ini karena data domestik yang statis memicu wacana bahwa Brexit mulai menampakkan pengaruhnya dalam perekonomian Inggris. Data inflasi Agustus sebesar 0.6 persen dan tingkat pengangguran Inggris tidak berubah di 4.9 persen sehingga investor bearish pun termotivasi untuk mengantarkan harga menjadi lebih rendah lagi.
"Sepertinya GBP saat ini semakin sensitif terhadap data domestik dan berpotensi mengalami volatilitas yang lebih tinggi lagi karena investor meninjau kembali dampak Brexit terhadap ekonomi. Walaupun serangkaian data positif dalam beberapa pekan terakhir mampu membantu nilai tukar Sterling, masalah Brexit masih tetap membatasi peningkatan kurs mata uang ini," tutup Lukman.