Presiden Joko Widodo mengungkapkan, di Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara waktu bongkar muat atau Dwelling Time lebih dari seminggu. Hal itu disebabkan masih banyak petugas, orang dalam pengelola p[elabuhan yang bermain-main untuk pungutan liar.
"Seperti yang saya kemukakan tadi, di Pelabuhan Belawan masih tujuh hari lebih, ini karena ada yang main-main," kata Jokowi usai meresmikan pengoperasian Terminal Peti Kemas Kalibaru di Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (13/9/2016).
Maka dari itu dia memerintahkan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian untuk mengusut dugaan pungutan liar dan tindak pidana korupsi dalam pelayanan Dwelling Time di Pelabuhan Belawan tersebut.
"Tadi sudah saya perintahkan kepada Kapolri untuk pelaku-pelaku pungli ditangkap, nggak ada toleransi lagi, kalau tidak akan seperti ini terus. Tangkap saja kalau ada yang masih main-main seperti itu, tidak ada perintah lain," ujar dia.
Jokowi menargetkan untuk semua pelabuhan peti kemas di seluruh Indonesia pelayanan dwelling time menjadi dua hari.
"Secepatnya (target dua hari dwelling time), karena saya sudah ngomong dua tahun yang lalu. Di sini (Pelabuhan Tanjung Priok) sudah cukup baik, tapi masih perlu diperbaiki lagi hingga mencapai angka dua sekian. Semua juga harus menuju ke angka itu," tutur dia.
Menurut dia, jika pelayanan dwelling time lebih cepat dan tidak ada pungli di pelabuhan peti kemas, biaya logistik akan lebih murah. Sehingga harga-harga barang lebih murah dan memicu pertumbuhan ekonomi.
"Artinya kalau ada kecepatan pelayanan, tidak ada ruang untuk pungli artinya biaya bisa terkurangi. Kalau ada fasilitas seperti ini berarti ada kecepatan, cost akan berkurang," kata dia.
"Permintaan dwelling time dua hari tidak hanya berlaku di Tanjung Priok, tapi untuk semua pelabuhan, baik Tanjung Perak, Tanjung Emas, Belawan, Makassar. Laporan yang saya terima yang sudah cukup baik dari Priok dan Makassar, yang lain masih belum".