10 Langkah Amankan Transaksi Perbankan dari CISSReC

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 08 September 2016 | 16:57 WIB
10 Langkah Amankan Transaksi Perbankan dari CISSReC
Ilustrasi ATM. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berita raibnya uang sebesar Rp420 juta milik seorang nasabah di Surabaya, Jawa Timur yang ramai diberitakan di media daring membuat resah masyarakat.  

Menanggapi hal ini, Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi atau Communication and Information System Security Research Centre (CISSReC) Pratama Persadha memandang perlu pemerintah maupun perbankan menyikapi kasus tersebut secara serius.

Pratama yang pernah sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Pengamanan Sinyal Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), menambahkan nasabah sering disalahkan karena ketidaktahuan atas tindakan yang dilakukan. Padahal, pihak perbankanlah yang harus mau memperkuat sistem keamanannya dan melindungi nasabah dari berbagai macam metode pencurian.

Untuk itu, ia menyampaikan 10 tips mengamankan transaksi perbankan agar tidak terulang lagi kasus pencurian uang nasabah.

"Sebagai nasabah kita perlu waspada, amankan transaksi kita dari ancaman kejahatan perbankan," kata Pratama, Kamis (8/9/2016) sebagaimana dikutip kantor berita Antara.

Ia lantas memaparkan 10 tips, yakni:

1. Cek alamat situs internet banking. Bila bermasalah dan tidak seperti biasanya, segera tinggalkan dan jangan lanjutkan transaksi.

2. Hati-hati terhadap situs bank palsu yang dibuat menyerupai aslinya. Perhatikan secara saksama nama situsnya. Banyak modus "phishing" yang mengalihkan pengguna ke situs palsu.

3. Pastikan situs internet banking aman. Hal ini ditandai dengan HTTPS pada alamat situs. Jika diklik tanda gemboknya, ada identitas dan nama banknya.

4. Gunakan jaringan sendiri ketika melakukan transaksi internet banking. Hindari gunakan Wi-Fi umum dan transaksi lewat gawai (gadget) orang lain.

5. Ganti "password" akun internet banking minimal setiap 3 bulan sekali.
"Jangan gunakan nama, tanggal lahir, maupun hal lain yang mudah ditebak. Gunakan 'password' dengan kombinasi huruf, angka, dan simbol supaya lebih aman," katanya.

6. Gunakan SMS banking jika nasabah yakin bank bisa mengamankan transaksinya. Sebagian metode SMS banking di Indonesia, kata Pratama, tidak disertai pengamanan enkripsi atau pengacakan data yang memadai.
Menurut Pratama, hal itu penting karena banyak metode yang bisa mengintersepsi proses transfer dan dialihkan ke rekening lain.

7. Hati-hati terhadap berbagai alat dan metode skimming yang dipasang di mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Ketika melakukan transaksi di ATM periksalah apakah ada kejanggalan pada mesinnya. Misalnya, terpasang benda aneh yang tidak biasanya ada di ATM.
"Apabila terjadi masalah ketika melakukan transaksi, langsung hubungi call center resmi bank yang bersangkutan," katanya.

8. Pilihlah toko "online" atau "merchant" terpercaya. Pemakai kartu kredit atau debit harus memilih toko "online" maupun "merchant" yang mempunyai kredibilitas.
Ia menekankan, "Jangan sembarangan bertransaksi di web atau toko yang tidak jelas 'track record'-nya."

9. Usahakan lihat langsung ketika kartu kredit atau debit digesek pada saat transaksi. Hal ini untuk mencegah terjadinya kejahatan skimming atau pembayaran lebih dari satu kali.

10. Pastikan tiga angka terakhir di belakang kartu kredit atau debit tidak diketahui orang lain. Nomor card verification value (CVV) ini berguna untuk melindungi penggunaan kartu kredit atau debit oleh orang lain dalam transaksi 'online'," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI