Lukman Otunuga, Research Analyst Forextime mengatakan bahwa mata uang Asia secara umum menguat di hari Senin (5/9/2016) setelah laporan ketenagakerjaan AS di bulan Agustus ternyata mengecewakan dan mengikis harapan peningkatan suku bunga Fed di tahun 2016. Sebagai mata uang berkembang, Rupiah juga menguat karena peristiwa ini. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke level tertinggi tiga pekan yaitu 13144.
"Karena probabilitas peningkatan suku bunga AS menipis, USD dapat semakin melemah dan mata uang negara berkembang berpotensi menguat. Saham Indonesia sedikit menguat di hari Senin karena USD melemah dan peningkatan selera risiko menarik investor untuk memasuki aset berisiko," kata Lukman dalam keterangan tertulis, Selasa (6/9/2016).
Lukman menambahkan bahwa prospek Indonesia secara umum tetap optimistis dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat semakin menguat. Data ekonomi Indonesia di bulan Agustus menunjukkan sinyal pemulihan ekonomi dan muncul harapan bahwa UU amnesti pajak akan dapat mendongkrak laju PDB keseluruhan. Sentimen terhadap Indonesia tetap sangat bullish dan dapat terjadi aksi beli Rupiah secara besar-besaran.
"Dari sudut pandang teknikal, Dolar AS dan Rupiah bearish pada rentang waktu harian. Apabila terjadi breakdown di bawah 13100 maka akan terbuka jalan menuju 13000," ujar Lukman.
Saham global menguat pekan lalu setelah rilis data ketenagakerjaan AS yang mengecewakan dan mengikis peluang peningkatan suku bunga AS di tahun 2016. Pasar Asia dibuka hari Senin dengan positif. Nikkei meningkat +0.66% karena peningkatan ekspektasi bahwa BoJ akan mengimplementasikan kebijakan stimulus lebih lanjut demi kestabilan ekonominya yang sedang bermasalah. Saham Eropa memasuki level tertinggi baru dalam empat bulan terakhir pekan lalu dan diperkirakan semakin meningkat hari ini apabila tren bullish di Asia merambat ke pasar Eropa. Wall Street menguat di hari Jumat karena melemahnya USD dan menurunnya harapan peningkatan suku bunga membuat investor melirik aset berisiko.
Walaupun pasar saham dapat semakin menguat di jangka pendek, faktor-faktor tren bearish masih tetap terlihat dan investor akan berhati-hati. Masalah ekonomi global yang terus berlanjut dapat menimbulkan kejutan negatif dan rendahnya harga minyak sangat mengganggu sentimen risiko investor. Ketidakpastian masih mewarnai pasar dan dapat membuka peluang bagi investor bearish untuk memanfaatkan relief rally saham yang berkepanjangan. Walaupun peluang peningkatan suku bunga AS di bulan September mungkin hampir sirna karena laporan ketenagakerjaan AS yang tidak menggembirakan, masih ada peluang 41% bahwa Fed akan meningkatkan suku bunga di bulan Desember sehingga saham mungkin saja tertekan di masa mendatang.