Isu Harga Rokok Naik Bikin Sebagian Daerah Inflasi Tinggi

Kamis, 01 September 2016 | 14:45 WIB
Isu Harga Rokok Naik Bikin Sebagian Daerah Inflasi Tinggi
Rokok dengan bungkus polos. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Badan Pusat Statistik melaporkan pada bulan Agustus 2016, Indonesia mengalami mengalami deflasi sebesar 0,02 persen.

Kendati demikian, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengakatan, meski Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,02 persen, namun beberapa daerah justru mengalami inflasi tertinggi, seperti yang terjadi di Manokwari dan Sorong sebesar 1,27 persen.

Hal ini lantaran, beberapa waktu lalu beredar isu bahwa pemerintah akan menaikkan harga rokok sebesar Rp50 ribu per bungkus. Hal ini membuat harga jual eceran rokok di Manokwari dan Sorong mengalami kenaikan.

"Harga sudah naik, begitu ada isu harga jadi Rp 50 ribu dan penyesuaian cukai rokok pedagang langsung deh naikin harga. Misalnya per bungkus Rp 15 ribu, dijual Rp 15.200, jadi kan tidak terasa," kata Sasmito saat konferensi pers di kantor BPS, Jakarta Pusat, Kamis (1/9/2016).

Meski demikian, pihaknya memastikan bahwa pemerintah tidak mungkin langsung menaikkan harga rokok hingga Rp50 ribu per bungkus. Pasalnya, hal tersebut bisa memicu laju inflasi yang menjadi tak terkendali.

"Kenapa, karena Badan Kebijakan Fiskal ini berpikir berulang kali kalau menaikan rokok ini. Karena kalau nggak ada perubahan konsumsi rokok, inflasinya yang kena. Ini malah bikin kesulitan ekonomi," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI