Pariwisata Jalan Cepat Putus Kemiskinan dan Pengangguran

Ririn Indriani Suara.Com
Senin, 29 Agustus 2016 | 12:43 WIB
Pariwisata Jalan Cepat Putus Kemiskinan dan Pengangguran
Menteri Pariwisata, Arief Yahya (Puskompublik Kemenpar).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - “Sekarang kita berada pada era persaingan global. Kompetisi antarnegara luar biasa kerasnya, luar biasa sengitnya. Untuk memenangkan kompetisi, untuk menjadi bangsa pemenang, kita harus berani keluar dari zona nyaman. Kita harus kreatif, optimistis, bahu-membahu, dan melakukan terobosan-terobosan. Semua itu demi mempercepat pembangunan nasional dem meningkatkan daya saing kita sebagai bangsa.

Tanpa keberanian keluar dari zona nyaman, kita akan terus dihadang oleh tiga masalah utama bangsa, yaitu kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Diperlukan langkah-langkah terobosan, diperlukan kecepatan kerja, diperlukan lembaga-lembaga negara yang kuat dan efektif untuk mengatasi tiga masalah utama bangsa tersebut.

Tahun 2016, telah ditetapkan sebagai Tahun Percepatan Pembangunan Nasional. Kita harus melangkah menuju Indonesia maju.

Percepatan pembangunan tersebut mutlak kita perlukan. Sudah 71 tahun Indonesia merdeka, kita belum mampu memutus rantai kemiskinan, memutus rantai pengangguran, dan memutus rantai kesenjangan sosial.

Pada tahun percepatan pembangunan ini, pemerintah fokus pada tiga langkah terobosan untuk pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Ketiga langkah itu adalah pertama, percepatan pembangunan infrastruktur, kedua, penyiapan kapasitas produktif dan sumber daya manusia (SDM), dan ketiga, deregulasi dan debirokratisasi.”

Itulah pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam peringatan HUT RI ke-71, yang digarisbawahi Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, saat mempromosikan Wonderful Indonesia di depan pengusaha dan profesional dalam forum Indonesia China Chamber of Commerce (INACHAM), di Grand Hyatt Shanghai, Jin Mao Tower, Cina.

“Saya yakin banyak di antara kalian yang belum mendengarkan pidato Bapak Presiden Joko Widodo. Ini bisa jadi pengobat rindu pada Indonesia. Ini saya kutip, kata-kata beliau yang perlu disimak dan digarisbawahi,” kata Arief di panggung dengan back ground LED bertuliskan “Celebration of the 71 st Anniversary of the Republic Indonesia” itu.

Tiga hal penting dari pernyataan Presieden Jokowi tersebut diteruskan kepada para pengusaha dan profesional di Shanghai.

“Kita masih sulit memutus rantai kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan sosial. Lalu yang akan digenjot adalah infrastruktur, kapasitas produksi dan SDM, serta deregulasi-debirokratisasi. Itulah yang bisa kita perankan semua melalui sektor pariwisata,” kata Arief, mengajak para kolega untuk berinvestasi di bidang pariwisata.

Lalu, mengapa harus pariwisata? Pariwisata, kata Menpar Arief, merupakan jalan baru yang paling cepat, dan paling mudah untuk memutus rantai kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan yang selama 71 tahun, yang kita hadapi.

Pada 2019, lanjut dia, pariwisata diproyeksikan menyumbangkan PDB (produk domestik bruto) sebesar 15 persen, devisa sebesar 20 miliar dolar AS, dan menyerap 13 juta tenaga kerja, serta diyakini mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh Tanah Air.

Nah, tiga fokus langkah percepatan yang sudah disampaikan Presiden Jokowi, menurut Menpar Arief, merupakan strategi yang sedang dijalankan di Kementerian Pariwisata (Kemenpar).

Fokus pertama, infrastruktur adalah syarat mutlak memajukan pariwisata. "Kami sedang melakukan percepatan 10 destinasi prioritas, seperti Danau Toba-Sumatera Utara, Tanjung Kelayang-Belitung, Kepulauan Seribu-DKI Jakarta, Candi Borobudur-Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru-Jawa Timur, Mandalika-Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo-Nusa Tenggara Timur, Wakatobi-Sulawesi Tenggara, dan Morotai-Maluku Tenggara,” jelasnya.

Fokus kedua, SDM merupakan kunci untuk memenangkan persaingan global. Tuntutannya adalah segera memiliki SDM-SDM profesional terbaik. Caranya, build (membangun), borrow (meminjam), dan buy (membeli).

Cara optimal saat ini adalah borrow, sehingga Kemenpar didampingi Shadow Management, para ahli dengan reputasi yang sudah teruji di bidangnya.

Fokus ketiga, debirokrasi-deregulasi. Beberapa langkah deregulasi yang sudah dilakukan antara lain Bebas Visa Kunjungan (BVK) di 196 negara, termasuk Tiongkok, pencabutan Clearance Approval for Indonesia Theritory (CAIT) untuk industri wisata layar dan moratorium azas cabotage untuk wisata kapal pesiar pada lima pelabuhan besar di Indonesia.

“Kapal pesiar bisa menaikturunkan penumpang di pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia,” kata Arief.

Langkah debirokrasi yang dilakukan, lanjut Menpar, adalah implementasi teknologi digital, dengan mengembangkan e-Government, e-Tourism, Travel Exchange Indonesia (TXI), Indonesia Travel Data Warehouse (ITDW) dan lain-lain.

“Kami punya war room untuk menjadi pemain global dan siap bersaing di level internasional,” kata Arief.

Pariwisata Bisa Mewujudkan Kemakmuran
Mantan Dirut PT Telkom yang asli Banyuwangi ini juga menunjukkan fakta-fakta situasi pariwisata Indonesia yang belakangan sangat bergairah.

“Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi nasional untuk mewujudkan kemakmuran. Peningkatan investasi dan destinasi pariwisata menjadi faktor kunci dalam hal pendapatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja,” katanya.

Pariwisata dinilai telah melakukan lompatan yang luar biasa, yang membuatnya menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar dan tercepat di dunia. Industri pariwisata merupakan pilihan termudah dan termurah untuk meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), menghasilkan devisa, dan mampu menciptakan lapangan kerja.

Untuk kenaikan PDB, data terbaru World Travel & Tourism Council (WTTC), sektor pariwisata Indonesia telah memberikan kontribusi 10 persen dari total gross domestic product (GDP), dengan nominal tertinggi di ASEAN. Pertumbuhan PDB pariwisata sebesar 4,8 persen dan memiliki potensi untuk mencapai 7 persen. Tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan industri pertanian, otomotif, manufaktur dan pertambangan.

“Selain itu, saya juga ingin menunjukkan bahwa pendapatan dari US$ 1 juta valuta asing (valas) dalam pariwisata akan menghasilkan US$ 1,7 juta, atau berkontribusi 170 persen bagi PDB pariwisata, sebagai penyumbang tertinggi dibandingkan dengan industri lainnya,” kata Menpar.

Kedua, pariwisata adalah penghasil devisa yang diambil di dalam negeri. “Pada 2015, devisa pariwisata Indonesia mencapai peringkat ke-4, berkontribusi 9,3 persen," terang Menpar Arief.

Tingkat pertumbuhan tertinggi, lanjut dia, juga dialami pariwisata, 13 persen. Industri minyak dan gas, batubara, minyak kelapa sawit, yang selama ini menjadi primadona mengalami pertumbuhan negatif.

"Ini perlu dicatat baik-baik, biaya pemasaran pariwisata hanya 2 persen dari proyeksi pendapatan devisa. Jadi tinggal kita balik, kita menginginkan proyeksi berapa, maka 2 persennyalah biaya promosinya,” imbuh Menpar.

Ketiga soal ketenagakerjaan, yang selama bertahun-tahun menjadi problem Indonesia.
“Pariwisata Indonesia telah memberikan kontribusi 9,8 juta pekerjaan, atau sekitar 8,4 persen dalam skala nasional. Peringkat ke-4 dari keseluruhan sektor," jelasnya merinci.

Tingkat pertumbuhan total sektor pariwisata, tambah Menpar Arief, adalah 30 persen dalam kurun 5 tahun. "Pariwisata hanya perlu US$ 5.000 untuk membuat satu pekerjaan penuh waktu, sedangkan industri lain membutuhkan lebih dari US$ 100.000,” tambahnya.

Acara ini dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Cina Soegeng Rahardjo, Konjen Shanghai, Siti Mauludiah, Presiden INACHAM, James Hartono, Chairman INACHAM, Liky Sutikno, General Manager Garuda Indonesia, I Wayan Sudiarta, dan tokoh pengusaha lainnya.

Sebelumnya, Menpar juga mempresentasikan potensi bisnis pariwisata Indonesia dalam business forum, yang digelar dengan tamu undangan yang berbeda. Pada kesempatan itu, Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran Mancanegara Wilayah Asia Pasifik Kemenpar, Vincensus Jemadu, memaparkan 10 top destinasi baru, yang biasa disebut sebagai 10 Bali baru.



REKOMENDASI

TERKINI