Suara.com - Produksi kopi luwak Bali berhasil menembus pasaran ekspor ke negara-negara di kawasan Eropa dan telah memiliki agen pemasaran resmi berkantor pusat di Polandia.
"Produk kopi luwak yang diolah dari kopi arabika yang tumbuh di kawasan wisata Kintamani Kabupaten Bangli itu memiliki keunggulan yang diakui konsumen mancanegara, di antaranya cita rasa yang khas," kata seorang eksportir kopi luwak dari Kabupaten Bangli Raka Santhi Armini, Minggu (28/8/2016).
Ia mengatakan, sejak awal Agustus lalu mata dagangan kopi luwak telah diserap pasar Eropa dengan standar uji laboratorium telah lulus okratoksin sesuai yang dituntut konsumen dan pembeli.
"Ekspor perdana setelah penandatanganan dengan mitra kerja, kami telah mengapalkan 50 kg kopi luwak ke pasaran Eropa," ujar Raka Santhi Armini pula.
Dia menjelaskan, lulus uji standar mutu okratoksin itu menandakan bahwa kopi luwak yang diekspor telah terbebas dari kandungan jamur.
Pasaran negara-negara di kawasan Eropa terhadap produk kopi sangat selektif dan ketat, sehingga harus sesuai dengan standar mutu yang harus dibuktikan dengan uji laboratorium.
Karena itu proses pengiriman produk kopi ke negara tujuan juga menjadi hal yang harus mendapat perhatian, selain menyangkut pengepakan maupun pengurusan dokumen kelengkapan.
Raka Santhi Armini menambahkan, ekspor kopi luwak dari Bali selama ini sebenarnya telah menembus sejumlah negara, setelah sukses mengadakan pameran di Korea dan sejumlah negara di kawasan Asia lainnya, mengingat budaya minum kopi di negara bersangkutan sangat bagus.
Kopi luwak Bali merupakan jenis mata dagangan baru di pasaran ekspor, namun di kawasan Eropa telah memiliki pemasaran resmi dari penjualan kopi luwak produksi Bali dengan nama Eclate Kopi, ujar Raka Santhi pula.
Kelangsungan ekspor kopi luwak untuk memenuhi permintaan pasaran luar negeri, menurut Raka Santhi, kontinuitasnya terjamin secara maksimal karena pihaknya merupakan produsennya.
Bahkan, pola proses produksi kopi luwak yang dilakukan menjadi percontohan dan mendapat pengakuan dari Kementerian Perindustrian dengan mengedepankan standar mutu hasil.
Menurutnya, untuk menghasilkan poduksi kopi luwak yang baik memang ditentukan dari hulu hingga hilir, dan dilakukan dengan mengandangkan luwak (musang) yang menjadi media bagi proses produksi kopi.
"Dari proses pengandangan luwak tersebut, kami bisa atur jenis makanan yang dikonsumsi luwak, sehingga produksi dalam bentuk kopi luwak nantinya memang memenuhi standar mutu yang diharapkan," katanya lagi.
Perusahaan itu kini memiliki 187 ekor luwak untuk memproduksi 200 kg kopi gelondongan merah per hari, 80 persen di antaranya siap dikonsumsi. Produksi kopi luwak itu dilakukan sejak Juni lalu.
Selain itu, kopi arabika kintamani yang berada di daerah berhawa sejuk itu telah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) sejak 2014, karena memiliki beberapa keunggulan.(Antara)