PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) masih memiliki simpanan 1,74 miliar saham tresuri dari sisa penjualan terakhir pada Juni lalu. Dengan sisa saham tresuri ini, nilai ekuitas TLKM di posisi Rp94,8 triliun, lebih tinggi 1,5 persen daripada semester I 2015 senilai Rp93,4 triliun.
Penjelasan tersebut tertuang dalam keterangan resmi Managing Partner PT Investa Saran, Kiswoyo Adi Joe, Jumat (26/8/2016).
Dari hasil penjualan 864 juta saham tresuri setara 0,86 persen modal disetor pada 29 Juni lalu, TLKM meraup nilai penjualan sebesar Rp3,26 triliun. "Mengenai sisa saham tresuri sebanyak 1,74 miliar, dengan asumsi harga jual setara penjualan terakhir di Rp3.820 per saham, maka potensi nilainya mencapai Rp6,65 triliun," kata Kiswoyo.
Mengacu harga beli kembali (buyback) saham Rp3.563 per saham, maka potensi keuntungan penjualan saham tresuri itu senilai Rp447 miliar. Namun manajemen masih enggan membeberkan rencana penjualan sisa saham tresuri perseroan, yang sebanyak 1,74 miliar saham.
Adapun PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) masih mempelajari opsi pembiayaan kembali (refinancing) utang jatuh tempo pada 2018 senilai 500 juta Dolar Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) dua pekan lalu, GJTL mengatakan tahun ini akan mempertimbangkan obligasi rupiah dan pinjaman bank untuk melunasi utang. "Tapi hingga saat ini GJTL belum me-mastikan langkah yang akan diambil. Hingga semester I 2016, total utang bersih GJTL mencapai Rp 6,47 triliun," ujar Kiswoyo.
Angka ini berkurang dari tahun sebelumnya, Rp7,05 triliun. Rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) adalah 1,1 kali dengan total utang 553 juta Dolar AS. Di semester I 2016, GJTL meraup laba bersih Rp533,57 miliar. Pada periode sama tahun lalu, GJTL menderita rugi bersih Rp351,28 miliar. Selama enam bulan pertama tahun ini, GJTL mencatatkan penjualan Rp 7 triliun, tumbuh 13 persen year on year (yoy).