Syarifa Rahima, Sastrawan Belia & Pengusaha Cafe Moco

Adhitya Himawan Suara.Com
Kamis, 25 Agustus 2016 | 07:58 WIB
Syarifa Rahima, Sastrawan Belia & Pengusaha Cafe Moco
Syarifa Rahima, pemilik Cafe Moco. [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di Jabodetabek, jenis café sekaligus perpustakaan yang memberikan layanan bacaan kepada para pengunjung cafenya sudah muncul beberapa. Namun café yang sampai mengizinkan pengunjungnya meminjam buku bacaan yang tersedia dan membawanya pulang ke rumah, masih sangat jarang. 

Jenis café langka itu adalah Café Moco yang terletak di Jl. Cinere Raya No.102A, Cinere, Kota Depok, Jawa Barat 16514. Café ini bisa anda tempuh dari Jl Fatmawati Jakarta Selatan, tinggal lurus menuju selatan hingga melalui kampus UPN Jakarta. Kemudian anda bisa berbelok ke kanan dan melalui lapangan golf Pangkalan Jati dan anda sudah tiba di Jl Cinere Raya. Letak café ini di sebelah kiri jalan sebelum Polsek Limo.

Seperti halnya banyak café di Jakarta, Café Moco menyediakan wifi gratis. Ditambah perpustakaan yang lengkap menyajikan bacaan. Tak cuma buku-buku Islam, Café Moco juga menyediakan buku bacaan umum.”Kami sudah bekerja sama dengan beberapa penerbit buku untuk memasok bahan bacaan,” kata Syarifa Rahima, gadis belia yang merintis usaha Café Moco saat diwawancarai Suara.com di Depok, Rabu (24/8/2016).

Meski kini telah menjadi entrepreneur di usia yang masih sangat muda, perjalanan hidup Syarifa sejak kecil tak bisa dibilang mudah. Sejak lahir, Syarifa yang kerap dipanggil Sarah telah memiliki beberapa kekhususan. Anak bungsu dari empat bersaudara ini sejak balita mengalami keterlambatan bicara (speech delay). Saat itu, keluarga Sarah tinggal di Amerika Serikat. Sarah yang saat itu berusia empat tahun diperiksa oleh sekelompok ahli.

Ketika umurnya sudah mencapai sembilan tahun, akhirnya diketahui bahwa pendengaran Sarah terganggu akibat kelainan yang biasa disebut pembesaran adenoid (semacam pembesaran amandel, tapi yang ini terdapat di pangkal hidung). Kelainan ini telah menyebabkan terdapat lendir yang terperangkap di gendang telinganya, sehingga mengganggu pendengarannya. Baru pada umur sembilan tahun itu, lendir yang terperangkap itu berhasil dibebaskan lewat sebuah operasi yang mengangkat, baik adenoid maupun amandelnya. Tapi, tampaknya, kemampuannya dalam berbahasa logis-gramatikal sudah telanjur terganggu.

Namun kendala ini tak membuat Sarah patah semangat. Bahkan, sejak kecil tumbuh menjadi anak yang mandiri. Ia telah terbiasa merapikan tempat tidurnya sendiri, makan sendiri, dan sebagainya.

Satu hal yang menonjol, sangat menggemari membaca buku. Tak jarang berbagai buku dibawanya, ke mana pun dia pergi.

Dibalik itu, Sarah ternyata memiliki kemampuan menakjubkan dalam hal puisi. Sejak Sarah masih di SD, ia memang sangat getol membuat puisi. Mulanya dia ketik sendiri, tapi kemudian dituliskan dengan,tangannya sendiri dalam berbagai buku tulis yang dimilikinya. Walau memiliki kekhususan, Sarah ternyata memiliki keterampilan yang hebat dalam memilih diksi dan juga kelenturan bahasa yang dikembangkannya untuk menjadi sebuah puisi. Sarah telah menelurkan buku puisi berjudul “dengarkan jiwa” yang berisi 35 puisi tentang Tuhan, cinta dan keindahan. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit DAR pada tahun 2012 lalu.

Beranjak remaja, gadis kelahiran 9 Mei 1997 tersebut masuk sekolah di SMK berbasis kewirausahaan, jurusan Tata Boga. Selepas lulus, Sarah tak langsung melanjutkan kuliah. Ia memilih memulai wirausaha kuliner dengan mendirikan café Moco. “Saya memang memilih menjadi wirausaha,” jelas Sarah.

Dengan modal awal kurang lebih Rp300 juta, Sarah baru memiliki 1 cabang Café Moco di Cinere Depok. Berbagai kiat ia jalani untuk lebih mempromosikan café milikinya. Seperti kerap mengadakan diskusi bedah buku dengan menjalin kerjasama dengan sebagian penerbit yang memasok buku kepada Café Moco. “Disini bahkan ada acara mendongeng anak di akhir pekan, “jelas Syarifa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI