Kementerian Perindustrian memberikan apresiasi terhadap daya saing dan inovasi industri kertas berharga nasional karena mampu menciptakan produk berkualitas hingga diminati pasar ekspor. Ini tidak terlepas dari peran aktivitas penelitian dan pengembangan yang dilakukan sektor tersebut.
“Contohnya Pura Group yang mengekspor 60 persen produknya sampai ke 50 negara. Perusahaan ini telah memiliki struktur industri yang mendalam dengan didukung fasilitasresearch and development atau R&D-nya sehingga terus berinovasi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika mengunjungi Pura Group di Kudus, Jawa Tengah, Jumat (19/8/2016).
Menperin menyatakan, dengan penguatan daya saing dan inovasi tersebut, para pengguna diharapkan dapat menyerap lebih optimal produk kertas berharga dari industri dalam negeri. “Peningkatan penggunaan produk dalam negeri akan berdampak luas, diantaranya pada penyerapan tenaga kerja, peningkatan kapasitas industri, dan penghematan devisa,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur Pura Group Yohanes Moeljono mengatakan, kapasitas produksi perusahaan mencapai 18.000 ton per tahun kertas berharga seperti buku bank, buku nikah, cek, ijazah, paspor, sertifikat dan surat suara pemilu. Perusahaan ini juga memproduksi kertas uang yang masuk dalam kelompok kertas budaya.
Ditambahkan Moeljono, Pura Group merupakan perusahaan terintegrasi dengan 27 divisi yang tergabung dalam kelompok industri kertas, cetak, hologram, smart card dan engineering. “Kami telah mensupply kertas uang ke Vietnam, Sudan, Bangladesh, India dan lain-lain,” sebutnya.
Di bidang engineering, dijelaskannya, Pura Group telah melakukan terobosan baru dengan membuat tempat penyimpanan produk hortikultura yang disebut Control Atmosphere Storage (CAS). “Ini merupakan inovasi yang dapat digunakan sebagai penyimpanan bawang merah sehingga tetap segar untuk jangka waktu sampai enam bulan. Jadi, sejalan dengan program pemerintah untuk menyetabilkan harga ketika masa paceklik,” paparnya.
Perkembangan industri pulp dan kertas
Di sisi lain, Menperin juga menyampaikan kondisi perkembangan industri pulp dan kertas. Pada tahun 2015, kapasitas terpasang industri pulp dan kertas masing-masing sebesar 7,9 juta ton per tahun untuk pulp dan 12,9 juta ton per tahun untuk kertas.
“Realisasi produksi pulp dan kertas masing-masing sebesar 6,4 juta ton pulp dan 10,4 juta ton kertas,” ungkapnya. Sementara itu, ekspor pulp dan kertas masing-masing sebesar 3,7 juta ton pulp dengan nilai sebesar 1,72 juta Dolar Amerika Serikat (AS) dan 4,26 juta ton kertas dengan nilai sebesar 3,54 juta Dolar AS.
“Indonesia merupakan salah satu produsen pulp dan kertas terkemuka di dunia. Untuk industri pulp peringkat ke-9 dan untuk industri kertas peringkat ke-6,” sebutnya. Sedangkan, di Asia Tenggara menempati peringkat pertama untuk industri pulp dan kertas.
Saat ini kebutuhan kertas dunia sekitar 394 juta ton, diperkirakan akan meningkat menjadi 490 juta ton pada tahun 2020. "Kebutuhan kertas dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar rata-rata 2,1 persen per tahun, dimana di pasar negara-negara berkembang akan tumbuh rata-rata sebesar 4,1 persen per tahun dan pasar negara maju 0,5 persen per tahun," paparnya.
Sementara itu, Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, Indonesia memiliki peluang besar untuk pengembangan industri pulp dan kertas karena didukung potensi pasar baik di dalam negeri maupun di dunia.
Selain itu adanya keunggulan komparatif seperti masih adanya areal lahan atau hutan yang cukup luas sebagai sumber bahan baku kayu, iklim tropis yang memungkinkan tanaman dapat tumbuh lebih cepat, serta tersedianya bahan baku alternatif terutama tandan kosong kelapa sawit dan batang pisang hutan. “Juga telah dikuasainya teknologi proses dan tersedianya sumber daya manusia yang cukup banyak dengan upah yang kompetitif,” tuturnya.
Mengenai arah pengembangan industri pulp dan kertas, Panggah mengungkapkan, dilakukan melalui pendekatan klaster industri, dimana fokus pengembangan industri kertas di Pulau Jawa, sedangkan pengembangan industri pulp di luar Pulau Jawa khususnya Sumatera, Kalimantan dan Papua.
”Kami juga mendorong pengembangan industri pulp yang terpadu dengan Hutan Tanaman Industri (HTI), terutama di arahkan ke kawasan timur Indonesia. Di samping itu juga pemberian insentif melalui tax holiday ataupun tax allowance, pemberian harga gas tertentu, serta peningkatan pemanfaatan bahan baku non kayu dan peningkatan efisiensi produksi,” paparnya.