Suara.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat sebesar tujuh poin menjadi Rp13,113, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13,120 per dolar AS.
Kepala Riset N. H. Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa masih belum adanya kesepakatan terkait kenaikan tingkat suku bunga oleh para petinggi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) membuat laju dolar AS masih tertekan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Belum adanya kepastian dari The Fed mengenai kebijakan kenaikan suku bunganya membuat rupiah terapresiasi meski relatif terbatas," katanya.
Dia menambahkan bahwa laju harga minyak mentah dunia yang bergerak menguat turut mendukung mata uang komoditas, seperti rupiah melanjutkan apresiasi.
Di sisi lain, kata dia, penguatan rupiah juga seiring dengan optimisme terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2017 sebesar 5,3 persen, naik dari target APBN-P 2016 sebesar 5,1 persen, serta adanya pergantian suku bunga acuan dari BI rate menjadi 7 day reverse repo rate.
Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy menambahkan bahwa adanya pergantian suku bunga acuan itu yang sedianya akan diumumkan dalam RDG BI hari ini dapat menguatkan kerangka dan kredibilitas kebijakan suku bunga.
"Kami meyakini kebijakan suku bunga itu akan berdampak pada transmisi moneter yang lebih tepat dari tenor pendek ke tenor panjang. Di samping pergantian suku bunga, kami juga memprediksi BI akan menurunkan suku bunga karena kondisi makroekonomi yang sehat," katanya. (Antara)