Pejabat The Fed Terpecah Soal Waktu Naikkan Suku Bunga

Adhitya Himawan Suara.Com
Kamis, 18 Agustus 2016 | 08:24 WIB
Pejabat The Fed Terpecah Soal Waktu Naikkan Suku Bunga
Gedung The Federal Reserve. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

 Para pejabat Federal Reserve AS terpecah terkait masalah waktu yang tepat menaikkan suku bunga lagi dalam pertemuan kebijakan Jul. Perpecahan ini terjadi karena masing-masing pihak mempertahankan perbedaan pandangan tentang prospek inflasi AS. Perpecahan ini terungkap dalam risalah pertemuan kebijakan moneter terbaru Fed yang dirilis Rabu (17/8/2016).

Beberapa pejabat Fed lebih suka menunggu lebih banyak bukti bahwa inflasi AS akan naik menuju target bank sentral dua persen secara berkelanjutan. Sementara pejabat lainnya memperkirakan bahwa kondisi-kondisi ekonomi akan segera menjamin kenaikan suku bunga lagi, menurut risalah pertemuan Fed 26-27 Juli.

"Anggota-anggota (The Fed) menilai tepat untuk terus mempertahankan pilihan kebijakan mereka terbuka dan mempertahankan fleksibilitas untuk menyesuaikan sikap kebijakan berdasarkan informasi yang masuk dan implikasinya untuk penilaian Komite pada prospek kegiatan ekonomi, pasar tenaga kerja, dan inflasi, serta risiko-risiko terhadap prospek," kata risalah.

The Fed menaikkan kisaran targetnya untuk suku bunga federal funds sebesar 25 basis poin menjadi 0,25-0,50 persen pada Desember, kenaikan suku bunga pertama dalam hampir satu dekade.

Tetapi pelambatan ekonomi global sejak awal tahun dan risiko-risiko keuangan global lainnya, termasuk Referendum Inggris meninggalkan Uni Eropa pada Juni, telah membuat para pembuat kebijakan Fed berhati-hati, menunda setiap kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Risalah pertemuan Fed Juli menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan umumnya sepakat bahwa risiko-risiko jangka pendek untuk prospek ekonomi AS telah berkurang karena "pemulihan yang cepat di pasar keuangan setelah pemungutan suara Brexit dan peningkatan penambahan dalam lapangan pekerjaan pada Juni." Namun, beberapa pejabat masih khawatir bahwa risiko-risiko global jangka panjang terkait dengan keputusan Brexit masih tetap ada.

"Beberapa mencatat bahwa keputusan Inggris, bersama dengan perkembangan lain di luar negeri, masih menyampaikan ketidakpastian yang signifikan terhadap prospek jangka menengah dan jangka panjang bagi ekonomi-ekonomi luar negeri, dengan kemungkinan konsekuensi untuk prospek AS," kata risalah, mencatat bahwa Fed akan terus memonitor perkembangan ekonomi dan keuangan global.

Dalam kaitan dengan prospek inflasi, beberapa pejabat mengamati bahwa inflasi inti meningkat selama tahun lalu, sementara yang lain menyatakan ketidakpastian lebih besar tentang lintasan inflasi.

"Mereka melihat sedikit bukti bahwa inflasi sedang banyak merespon ke tingkat yang lebih tinggi dari pemanfaatan sumber daya dan menunjukkan bahwa tingkat pengangguran alami, serta respon inflasi terhadap kondisi-kondisi pasar tenaga kerja, mungkin lebih rendah daripada kebanyakan perkiraan saat ini. Beberapa melihat risiko-risiko terhadap prakiraan inflasi mereka sebagai tekanan untuk penurunan," kata risalah.

Risalah pertemuan Fed dirilis sehari setelah William Dudley, presiden Federal Reserve New York, mengatakan "mungkin" untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan Fed September.

Tapi sekitar 71 persen dari 62 ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal bulan ini percaya bahwa Fed akan menunggu sampai Desember untuk menaikkan suku bunganya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI