Suara.com - Banyak orang mengeluh puyeng lihat gaji kecil terus tiap bulan. Kenyataan itu lalu dijadikan dalih bahwa tabungannya nggak gemuk-gemuk. Padahal besar-kecilnya tabungan nggak melulu dipengaruhi nominal gaji. Bahkan yang gajinya puluhan juta bisa saja hidupnya penuh derita.
Lho kok bisa begitu? Bisa saja. Sejatinya, yang lebih penting adalah cara mengatur gaji.
Orang yang gajinya Rp10 juta per bulan mungkin lebih banyak utangnya ketimbang yang gajinya Rp3 juta saja. Bahkan mungkin orang itu mesti gali lubang tutup lubang agar nggak dikejar-kejar debt collector.
Artinya, gaji Rp10 juta itu mungkin terbilang besar. Tapi, nominal itu gak menjamin hidup bakal sejahtera.
Pastinya sudah pernah dengar dong cerita inspiratif mereka yang penghasilannya minim tapi bisa mewujudkan mimpi. Tukang sapu naik haji, misalnya. Rahasianya adalah mereka mampu mengakali pendapatan yang minim. Tentu saja ini bukan perkara mudah.
Lebih mudah membelanjakan duit ketimbang menabungnya. Betul, kan? Belanja menjadi kebiasaan yang buruk jika dilakukan sembarangan. Masalahnya, banyak di antara kita yang cenderung lebih suka berperilaku konsumtif.
Meski demikian, selalu ada cara untuk memastikan mimpi bisa segera tergapai. Untuk mengatur gaji kecil biar hasilnya besar, hindari kebiasaan berikut ini:
1. Spontanitas
Spontanitas itu positif, jika momennya pas. Ketika meeting, misalnya. Spontanitas dalam memberikan masukan sangatlah penting.
Tapi, dalam hal keuangan? No way! Keuangan mesti direncanakan secermat mungkin. Caranya, bikin draf pemasukan dan pengeluaran dalam sebulan. Dengan begitu, nggak ada cerita gaji sebulan habis dipakai belanja, atau bahkan minus. Draf tersebut berguna untuk menjaga finansial tetap sehat.
Draf itu mesti dibikin menyesuaikan dengan kebutuhan, bukan keinginan. Ini perlu digarisbawahi. Bedakan kebutuhan dengan keinginan. Jika kita berusaha terus memenuhi keinginan, nggak bakal ada habisnya.
2. Suka meremehkan
Buat yang suka meremehkan alat elektronik menyala di rumah, ayo ubah kebiasaan itu. Contohnya, lampu dibiarkan menyala padahal ruangan nggak dipakai.
“Halah, hanya lampu.” Mungkin itu yang ada di pikiran.
Itu namanya pemborosan. Bukan hanya boros biaya listrik, tapi juga boros energi. Nggak kasihan sama anak-cucu kita? Kitanya boros-borosin energi, mereka yang menanggung akibatnya karena nggak kebagian. Pastikan segala alat elektonik nggak dialiri listrik saat gak digunakan.
Misalnya televisi, cabut stop kontaknya saat nggak ditonton. Bukan hanya dibikin stand by. Yang sering luput dari perhatian adalah charger dibiarkan menancap pas nggak dipakai. Walau nggak ada handphone menancap, adaptor dari cas-casan itu masih menyerap listrik. Artinya, tagihan listrik tetap jalan.
3. Takut melangkah
Mendengar kata investasi, ada orang yang langsung mundur. Bahkan kabur. Ini orang-orang yang lekas berpuas diri dengan kondisinya. Terjebak dalam comfort zone, istilah kerennya. Padahal investasi adalah langkah finansial yang penting buat masa depan.
Takut rugi? Itu wajar. Karena itulah kita mesti berhati-hati sebelum menjatuhkan pilihan investasi. Cari tahu seluk-beluk jenis investasi yang mau diselami. Jangan lupa perhatikan syarat dan ketentuan yang menyertai. Termasuk juga return alias hasil dari investasi tersebut.
Jika bergaji kecil, keliru kalau berpikiran gak bakal bisa bikin ekonomi lebih moncer. Kuncinya adalah mengatur gaji kecil itu dengan disiplin biar hasilnya bisa dirasakan dalam bentuk yang lebih besar.
Baca juga artikel Duitpintar lainnya:
5 Tips Mengatur Gaji Kecil Biar Gak Pusing di Akhir Bulan
Kamu yang Baru Usia Kepala 2 Borosin Gaji untuk Hal-hal Ini Gak Masalah Kok Asal
5 Cara Ini Bisa Diterapkan Buat Kamu yang Bergaji Rp 2 Juta Agar Bisa Menabung
Published by Duitpintar.com |