Faishal Arifin merupakan salah satu contoh pebisnis yang meraih kesuksesan dengan modal nekat. Bisa dibilang, ia hampir tak memiliki modal atau persiapan apapun saat memutuskan terjun ke bisnis perhiasan.
“Dulu saya memang sama sekali belum pernah bekerja. Saya sudah mencoba melamar kerja puluhan kali ke berbagai tempat, termasuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Alhamdulillah, selalu gagal diterima,” kata Faishal saat diwawancarai oleh Suara.com di Jakarta, Kamis (21/7/2016).
Banyaknya kegagalan yang ia terima tak lantas membuat Faishal patah arang. Ia akhirnya memutuskan untuk merantau ke Martapura, Kalimantan Selatan. Dari sinilah, ia mulai belajar dengan warga setempat untuk membuat perhiasan. “Dari sana saya mulai belajar membuat batu permata, menggosok cincin dan sebagainya,” ujar Faishal.
Puas mendapatkan ilmu, Faishal kembali ke kampung kelahirannya di Malang, Jawa Timur. Berbekal ilmu kerajinan emas dan perak yang dipelajarinya, pada tahun 2009, Faishal Arifin memberanikan diri untuk menawarkan produk kerajinan perhiasan berbahan dasar emas dan perak ke rumah-rumah dan kantor, hanya dengan bermodalkan katalog.
Di Malang, terdapat Pasar Comboran yang banyak menjual barang-barang bekas. Dari tempat itulah, ia banyak menemukan majalah bekas yang menjadi referensi dirinya untuk membuat model perhiasan. Selain itu, karena belum memiliki alat pembuatan perhiasan, ia mencari rekanan lamanya di Martapura yang juga pulang ke Batu, Malang.
Usahanya membuahkan hasil. Perhiasan hasil karyanya mulai banyak diminati konsumen. Seiring waktu, keindahan perhiasan karya Faishal menyebar dari mulut ke mulut. Ia juga sering mengikuti pameran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang diselenggarakan oleh pemerintah. “Bahkan kini saya sudah menjadi eksportir karena pembeli saya ada yang dari Brunei Darussalam, Malayasia, Singapura, Kanada dan Etiopia,” jelas Faishal.
Seiring bisnisnya yang makin pesat, Faishal menyadari kepastian status badan usahanya juga harus jelas agar tak menghambat kemajuan bisnisnya sendiri. Oleh sebab itu, pria kelahiran Malang ini akhirnya mendirikan badan usaha CV Silver 999 yang berdiri tahun 2011. Tak hanya berorientasi pada keuntungan semata, pria yang juga berdarah Betawi ini memiliki kepekaan sosial yang tinggi pada lingkungan sekitarnya. Di galeri miliknya, Faishal tidak hanya memperkerjakan mereka yang sudah memiliki keahlian di bidang kerajinan perhiasan, melainkan pemuda yang tidak produktif dan anak usia sekolah yang terkendala biaya.
Hingga kini, Faishal telah membina lebih dari 36 kelompok dengan 2-30 anggota di tiap kelompok, salah satunya adalah mantan TKI yang sempat dipenjarakan di Malaysia. Para pengrajin yang tergabung dalam mitra plasa Silver 999 mengaku sangat terbantu dengan terobosan Faishal. Di sana tidak hanya diajarkan teknik kerajinan perhiasan, tetapi juga teknik berwirausaha agar dapat meningkatkan penghasilan.
Badan usaha yang kini dimilikinya telah meraup omzet Rp350 juta per bulan tersebut terus mengadakan pembinaan bagi lingkungan sekitar. Kapasitas produksi perhiasan CV Silver 999 mencapai 10 kilogram perbulan untuk logam perak, sedangkan untuk logam emas sekitar 2 kilogram perbulan
“Kami mengadakan pelatihan produksi perak, pelatihan manajemen usaha, pembinaan wirausaha, pinjaman modal, pinjam pakai maupun hibah peralatan, serta bantuan pemasaran produk,” tutup Faishal.