PT Bank Central Asia Tbk (IDX: BBCA) menyelenggarakan public expose yang ditandai dengan pembukaan perdagangan saham oleh Wakil Presiden Direktur BCA, Eugene K. Galbraith di Bursa Efek Indonesia.
Dalam acara public expose tersebut, Eugene K. Galbraith menyampaikan bahwa BCA berhasil mempertahankan kinerja positif pada semester I 2016. "Di tengah perlambatan ekonomi Indonesia, kami menerapkan pendekatan yang berhati-hati dalam penyaluran kredit serta melakukan pengawasan secara konsisten terhadap portofolio kredit guna meminimalkan peningkatan kredit bermasalah. Selanjutnya, keunggulan di bidang perbankan transaksi memberikan fleksibilitas bagi BCA dalam mengelola suku bunga dana pihak ketiga,” kata Eugene dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (29/7/2016).
Outstanding portofolio kredit tercatat sebesar Rp387,0 triliun pada akhir Juni 2016, naik 11,5 persen YoY, didorong oleh penyaluran kredit korporasi yang tumbuh 19,6 persen YoY menjadi Rp135,4 triliun. Kredit komersial dan Usaha Kecil & Menengah (UKM) meningkat 6,5 persen YoY mencapai Rp146,5 triliun, sementara kredit konsumer naik 9,1 persen YoY menjadi Rp105,2 triliun didukung oleh produk pinjaman yang kompetitif. Portofolio kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor masing-masing naik 8,5 persen YoY menjadi Rp61,7 triliun dan 11,4 persen YoY menjadi Rp 34,0 triliun. Outstanding kartu kredit mencapai Rp 9,5 triliun, meningkat 5,5 persen YoY.
Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, rasio kredit bermasalah (NPL) BCA meningkat menjadi 1,4 persen pada akhir Juni 2016, dibandingkan 0,7 persen pada akhir Juni 2015. Meskipun demikian, rasio NPL tersebut masih dalam tingkat risiko yang dapat ditoleransi. Pada semester I 2016 BCA membentuk tambahan biaya cadangan sebesar Rp 2,0 triliun untuk mempertahankan kecukupan cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan. Per Juni 2016, rasio cadangan terhadap total kredit bermasalah tercatat sebesar 193,0 persen. BCA secara proaktif mempertahankan posisi likuiditas dan basis permodalan yang solid. Pada akhir Juni 2016, rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) tercatat sebesar 77,9 persen, sementara rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 20,3 persen.
Di sisi pendanaan, dana pihak ketiga meningkat 7,8 persen YoY menjadi Rp490,6 triliun pada akhir Juni 2016, ditopang oleh pertumbuhan rekening giro dan tabungan (CASA). Dana CASA tumbuh 10,2 persen YoY mencapai Rp381,3 triliun, berkontribusi sebesar 77,7 persen terhadap total dana pihak ketiga BCA pada akhir Juni 2016. Dana tabungan tumbuh sebesar 12,6 persen YoY menjadi Rp260,9 triliun, sedangkan dana giro naik sebesar 5,4 persen YoY menjadi Rp120,4 triliun. Dana deposito relatif stabil sebesar Rp109,3 triliun.
Kinerja bisnis yang positif berhasil mendukung pertumbuhan laba pada semester I 2016. Pada periode tersebut laba bersih BCA tercatat Rp9,6 triliun, meningkat 12,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan operasional BCA, yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, tumbuh 15,5 persen menjadi Rp26,1 triliun pada semester I 2016 dari Rp22,6 triliun pada semester I 2015.
Eugene mengungkapkan bahwa memasuki semester II 2016, BCAi melihat berbagai dinamika yang positif telah mendorong perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik. Program tax amnesty yang mulai berjalan diharapkan akan memberi pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan. "Guna menyukseskan program tersebut, sebagai salah satu bank gateway, selain menerima pembayaran tebusan tax amnesty, BCA juga secara aktif menyelenggarakan program sosialisasi kepada para nasabah maupun menyediakan produk-produk perbankan yang dapat dijadikan sebagai sarana investasi atas dana repatriasi aset,” tutup Eugene.